Setelah kita mempelajari dan memahami ke 188 ayat sebelumnya dari surah ini , akhirnya kita akan selesai mempelajari isi kandungan atau tafsir dari surah Al-A'raaf sepenuhnya. Admin akan melanjutkan ke surah-surah yang berikutnya pada postingan mendatang. InsyaAllah , Admin akan membagikan seluruh tafsir dari Al-Qur'an dari Juz 1 sampai Juz 30 , dari surah ke 1 sampai surah ke 114 , dari ayat ke 1 sampai ayat ke 6666 dengan cara sedikit-demi sedikit ( nyicil :D ) . Setelah kita mempelajari dan memahami tafsir atau kandungan ayat-ayat sebelumnya dari surat ini , Sekarang saatnya kita mempelajari kandungan atau tafsir dari ayat-ayat berikut ini
Ayat 189-195: Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan manusia kepada asal usul kejadiannya,
Dia menciptakan manusia dari laki-laki dan wanita, tanggung jawab orang
tua untuk mendidik anak, dan menerangkan bahwa beribadah kepada selain
Allah adalah batil
هُوَ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا
لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلا خَفِيفًا
فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ
آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (١٨٩)
فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلا لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا
فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (١٩٠)أَيُشْرِكُونَ مَا لا يَخْلُقُ
شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (١٩١) وَلا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا
وَلا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ (١٩٢) وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى الْهُدَى لا
يَتَّبِعُوكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ أَدَعَوْتُمُوهُمْ أَمْ أَنْتُمْ
صَامِتُونَ (١٩٣) إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ عِبَادٌ
أَمْثَالُكُمْ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُوا لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ (١٩٤)أَلَهُمْ أَرْجُلٌ يَمْشُونَ بِهَا أَمْ لَهُمْ أَيْدٍ
يَبْطِشُونَ بِهَا أَمْ لَهُمْ أَعْيُنٌ يُبْصِرُونَ بِهَا أَمْ لَهُمْ
آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا قُلِ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ كِيدُونِ فَلا
تُنْظِرُونِ (١٩٥
Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 189-195
189. Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya[1],
agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya,
(isterinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa
ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya
(suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhan mereka (seraya berkata),
"Jika Engkau memberi kami anak yang sempurna fisiknya (tidak cacat),
tentulah kami akan selalu bersyukur.”
190. Maka setelah Dia (Allah) memberi keduanya seorang anak yang sempurna fisiknya. Mereka[2]
menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya
itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.
191.
Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang
tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal berhala itu sendiri
diciptakan.
192. Dan berhala itu tidak dapat
memberikan pertolongan kepada penyembahnya, dan kepada dirinya sendiri
pun mereka tidak dapat memberi pertolongan[3].
193.
Dan jika kamu (wahai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala-berhala)
untuk memberi petunjuk kepadamu, berhala-berhala itu tidak dapat
memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka
atau berdiam diri[4].
194.
Sesungguhnya mereka (berhala-berhala) yang kamu seru selain Allah
adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah
mereka lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu
orang yang benar[5].
195.[6]
Apakah mereka (berhala-berhala) mempunyai kaki untuk berjalan, atau
mempunyai tangan untuk memegang dengan keras, atau mempunyai mata untuk
melihat, atau mempunyai telinga untuk mendengar? Katakanlah (Muhammad),
"Panggillah (berhala-berhalamu) yang kamu anggap sekutu Allah[7], kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)ku, dan jangan kamu tunda lagi.”
Ayat 196-198: Bertawakkal kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan tidak meminta pertolongan kepada selain-Nya
إِنَّ
وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى
الصَّالِحِينَ (١٩٦)وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لا يَسْتَطِيعُونَ
نَصْرَكُمْ وَلا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ (١٩٧) وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى
الْهُدَى لا يَسْمَعُوا وَتَرَاهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ وَهُمْ لا
يُبْصِرُونَ (١٩٨
Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 196-198
196. Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan kitab (Al Qur’an)[8]. Dia melindungi[9] orang-orang saleh[10].
197.[11] Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri[12];
198.
Dan jika kamu menyeru mereka (berhala-berhala) untuk memberi petunjuk,
mereka tidak dapat mendengarnya. Kamu melihat mereka (berhala-berhala)
memandangmu padahal mereka tidak melihat.
Ayat 199-203: Dasar-dasar akhlak mulia,
kelapangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, akhlaknya yang
mulia, dan baiknya Beliau dalam bergaul dengan manusia, serta perintah
meminta perlindungan kepada Allah dari was-was setan dan tipu dayanya
خُذِ
الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ (١٩٩)
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ
إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٠٠)إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ
طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (٢٠١)
وَإِخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ لا يُقْصِرُونَ (٢٠٢)
وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِمْ بِآيَةٍ قَالُوا لَوْلا اجْتَبَيْتَهَا قُلْ
إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَى إِلَيَّ مِنْ رَبِّي هَذَا بَصَائِرُ مِنْ
رَبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (٢٠٣
Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 199-203
199.[13] Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh[14].
200. Dan jika setan datang menggodamu[15], maka berlindunglah kepada Allah[16]. Sungguh, Dia Maha Mendengar[17] lagi Maha Mengetahui[18].
201.[19]
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was
(dibayang-bayangi pikiran jahat) dari setan, mereka pun segera ingat
kepada Allah[20], maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).
202.
Dan teman-teman mereka (orang kafir dan fasik) membantu setan-setan
dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan)[21].
203. Dan apabila engkau (Muhammad) tidak membawa suatu ayat kepada mereka[22],
mereka berkata, "Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?"
Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang
diwahyukan Tuhanku kepadaku[23]. (Al Quran) ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu[24], petunjuk dan rahmat[25] bagi orang-orang yang beriman."
Ayat
204-206: Pentingnya diam memperhatikan dan menyimak Al Qur’an, tidak
gaduh dan lalai ketika Al Qur’an dibacakan dan perintah merutinkan
dzikrullah
وَإِذَا
قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ (٢٠٤)وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً
وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ
مِنَ الْغَافِلِينَ (٢٠٥) إِنَّ الَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ لا
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ
يَسْجُدُونَ (٢٠٦)
Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 204-206
204. Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah[26] dan diamlah[27], agar kamu mendapat rahmat[28].
205. Dan sebutlah[29] (nama) Tuhannmu dalam dirimu[30] dengan rendah hati dan rasa takut[31], dan dengan tidak mengeraskan suara[32], pada waktu pagi dan petang[33], dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai[34].
206.[35] Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu[36] tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya[37] dan hanya kepada-Nya- mereka bersujud[38].
[1] Yaitu Hawa’.
[2]
Maksudnya orang-orang musyrik itu menjadikan sekutu bagi Allah terhadap
anak yang dianugerahkan-Nya itu. Mereka memandang anak mereka sebagai
hamba bagi berhala yang mereka sembah. Oleh karena itulah mereka
menamakan anak-anak mereka dengan Abdul Uzza, Abdu Manaah, Abdu Syam,
‘Abdul Harits dan sebagainya. Padahal seharusnya mereka bersyukur kepada
Allah yang telah menganugerahkan kepada mereka anak yang sempurna
fisiknya, namun ternyata mereka malah berbuat syirk, baik syirk dalam
beribadah maupun dengan menamai anaknya dengan nama yang menghambakan
kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[3] Ketika ada yang hendak menghancurkannya.
[4] Ia tidak dapat memperkenankan seruanmu karena tidak dapat mendengar.
[5]
Jika mereka tidak dapat memperkenankan seruanmu, berarti kamu
orang-orang yang berdusta. Kemudian atas dasar apa kamu menyembah
mereka?
[6]
Dalam ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan kelemahan
berhala-berhala itu dan bahwa penyembahnya ternyata lebih unggul
dibanding berhala itu. Dan merupakan sebuah kebodohan jika yang kuat
menyembah yang lemah.
[7] Yakni kumpulkanlah mereka bersama kamu untuk menimpakan bahaya kepadaku.
[8]
Yang didalamnya terdapat petunjuk, penawar dan cahaya, di mana
penurunan kitab itu salah satu bentuk tarbiyah(pendidikan)-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang terkait dengan agama.
[9]
Contoh perlindungan-Nya kepada orang saleh adalah membantu mereka
kepada sesuatu yang di sana terdapat kebaikan dan maslahat baik bagi
agama maupun dunia mereka dan menghindarkan segala sesuatu yang tidak
disukai mereka.
[10] Orang saleh adalah orang yang saleh atau baik niatnya, ucapannya dan perbuatannya.
[11]
Ayat ini juga sama menerangkan ketidakberhakannya berhala-berhala itu
disembah karena mereka tidak memiliki kemampuan membela diri ketika ada
yang menyerangnya, apalagi sampai menolong penyembahnya.
[12] Oleh karena itu, mengapa apa aku harus takut kepadanya?!
[13]
Ayat ini mencakup akhlak mulia yang patut dilakukan terhadap orang lain
dan bagaimana bergaul dengan mereka. Akhlah tersebut adalah:
Pertama,
‘afwu, yakni bersikap samahah (toleransi) atau memaafkan kesalahan
orang lain dan tidak membesar-besarkannya, berterima kasih terhadap
perkataan dan perbuatan baik orang lain, memaafkan kekurangan mereka dan
menundukkan pandangannya dari melihat kekurangannya, tidak bersikap
sombong terhadap anak kecil karena usianya, tidak bersikap sombong
kepada orang yang kurang akal karena kelemahannya, demikian pula tidak
bersikap sombong kepada orang miskin karena kefakirannya, bahkan ia
bergaul dengan mereka menggunakan kelembutan dan dengan sikap yang
sesuai keadaan dan sesuai hal yang menyenangkan hati mereka.
Kedua,
menyuruh orang lain mengerjakan yang ma’ruf baik dengan menyampaikan
ilmu atau mendorong mengerjakan kebaikan, seperti mendirikan shalat,
silaturrahim, berbakti kepada orang tua, mendamaikan manusia, atau
memberi nasehat yang bermanfaat, tolong-menolong di atas kebaikan dan
ketakwaan, melarang perbuatan buruk, memberikan pengarahan terhadap hal
yang dapat menghasilkan maslahat agama maupun dunia.
Oleh
karena mengarahkan kepada kebaikan terkadang mendatangkan gangguan dari
orang-orang yang jahil (bodoh), maka Allah Ta’ala memerintahkan
melakukan yang ketiga, yaitu:
Ketiga,
menghadapi orang yang jahil dengan berpaling darinya dan tidak
menghadapinya dengan kebodohannya. Siapa saja yang menyakitimu dengan
perkataan atau perbuatannya, maka jangan balas menyakitinya. Siapa saja
yang tidak memberimu, maka berilah dia, siapa saja yang memutuskan
hubungan denganmu, maka sambunglah, dan siapa saja yang menzalimimu,
maka berbuat adillah padanya.
Inilah tiga sikap
yang perlu dilakukan dalam bermu’amalah dengan manusia, adapun sikap
yang perlu dilakukan dalam bermu’amalah dengan setan dari kalangan jin
dan manusia, maka dijelaskan dalam ayat selanjutnya (lihat ayat 200).
[14] Yakni sebagaimana dalam pribahasa Indonesia, “Biarkan anjing menggonggong, kafilah berlalu.”
Akan tetapi kata-kata yang digunakan dalam pribahasa ini kurang baik,
yang baik adalah apa yang disebutkan dalam Al Qur’an di atas.
[15]
Ingin memalingkan kamu dari ketaatan kepada-Nya atau melemahkan kamu
mengerjakan kebaikan atau mendorong kamu mengerjakan keburukan.
[16] Maksudnya membaca A'udzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim, niscaya Allah akan menyingkirkan godaan itu.
[17] Semua perkataanmu.
[18] Niat dan perbuatanmu.
[19]
Oleh karena seorang hamba terkadang lalai dan terkena godaan setan,
yang memang senantiasa mencari kesempatan untuk menggelincirkannya, maka
Allah Ta’ala menerangkan ciri orang yang bertakwa dan ciri orang yang
tersesat. Orang yang bertakwa ketika merasakan dosa dan tergoda oleh
setan sehingga mengerjakan perkara yang haram atau meninggalkan
kewajiban, maka ia segera ingat dan menyadari kesalahannya serta meminta
ampunan kepada Allah, mengejar kelalaiannya dengan tobat nashuha dan
mengiringinya dengan amal saleh, sehinga ia membuat setan rugi dan
kecewa. Berbeda dengan kawan-kawan setan (orang-orang sesat), apabila
mereka terjatuh ke dalam perbuatan dosa, maka setan-setan menambah lagi
mereka berdosa dan tidak henti-hentinya menambahkan dosa dan
menyesatkan.
[20] Ingat siksa dan pahala Allah.
[21] Mereka tidak menyadari kesalahannya sebagaimana orang-orang yang bertakwa menyadarinya.
[22] Yang mereka usulkan.
[23] Aku tidak mendatangkannya dari diriku sendiri.
[24]
Yakni jika kamu menginginkan ayat yang tidak akan habis meskipun waktu
berlalu dan hujah yang tidak batal meskipun hari terus berganti, maka Al
Qur’an inilah ayat tersebut yang menjelaskan tuntutan ilahi dan
kebutuhan manusia. Barang siapa yang memikirkan dan merenunginya, maka
ia akan mengetahui bahwa Al Qur’an turun dari Tuhan Yang Mahabijaksana
lagi Maha Terpuji, yang tidak dimasuki kebatilan dari depan maupun dari
belakang dan sebagai penegak hujjah bagi orang yang telah sampai
kepadanya.
[25] Agar tidak celaka dan sengsara.
[26] Dengan menghadirkan hati dan mentadabburi apa yang didengarnya.
[27]
Dengan tidak melakukan obrolan atau kesibukan lainnya yang memalingkan
dari mendengarnya. Maksud ayat ini adalah jika dibacakan Al Quran kita
wajib mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam shalat
maupun di luar shalat, kecuali dalam shalat berjamaah, maka makmum
boleh membaca Al Faatihah sendiri, namun ulama lain berpendapat bahwa ia
cukup mendengarkan bacaan imam saja. Ada pula ulama yang berpendapat,
bahwa ayat ini turun berkenaan dengan tidak bolehnya berbicara sewaktu
khatib berkhutbah, digunakan kata-kata Al Qur’an adalah karena kandungan
khutbah isinya ayat-ayat Al Qur’an, ada pula yang berpendapat bahwa
perintah untuk mendengarkan dan diam ketika dibacakan Al Qur’an secara
mutlak.
[28]
Seperti mendapatkan kebaikan dan ilmu yang banyak, keimanan yang tetap
dan menjadi baru, bertambah petunjuk, dan memperoleh bashirah (ketajaman
pandangan) dalam agamanya. Oleh karena itu, orang yang tidak mendengar
dan diam ketika Al Qur’an dibacakan, maka ia terhalang mendapatkan
bagian dari rahmat dan kebaikan yang banyak.
[29] Dzikr atau mengingat Allah bisa dengan hati dan dengan lisan, atau dengan kedua-duanya, dan inilah yang terbaik.
[30] Yakni secara secara ikhlas dan tersembunyi.
[31]
Takut ika amalmu tidak diterima, yang tandanya adalah dengan berusaha
menyempurnakan amal dan memperbakinya serta serius melakukannya.
[32] Yakni di atas sir (pelan) dan di bawah jahr (keras) atau pertengahan antara keduanya.
[33] Kedua waktu ini memiliki keistimewaan dan kelebihan untuk dzikrullah.
[34]
Dari mengingat Allah Ta’ala, yaitu mereka yang melupakan Allah,
sehingga Allah melupakan mereka dengan membiarkan mereka ketika mereka
membutuhkan pertolongan-Nya. Mereka sesungguhnya telah berpaling dari
kebahagiaan dan keberuntungan dan beralih kepada kebinasaan dan kerugian
karena menyibukkan diri dengan selainnya. Ayat di atas menerangkan adab
yang patut diperhatikan hamba, yaitu banyak berdzikr di malam dan siang
hari, khususnya di pagi dan sore hari dengan ikhlas, khusyu’, rendah
hati, rendah diri, tenang, hatinya memperhatikan apa yang diucapkan
lisannya, menghadirkan hatinya dan tidak lalai, karena Allah tidak
mengabulkan doa dari hati orang yang lalai lagi lengah.
[35]
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia memiliki hamba-hamba yang
senantiasa beribadah dan taat kepada-Nya. Mereka itu adalah para
malaikat, makhluk yang lebih perkasa dari kita, agar kita mengetahui
bahwa Dia (Allah) ingin memberikan manfaat bagi kita, memberikan laba
dan keuntungan yang berlipat ganda.
[36] Seperti malaikat yang didekatkan dengan Allah, malaikat pemikul ‘Arsy, dsb.
[37] Dari segala sifat yang tidak layak bagi-Nya di malam dan siang hari tidak bosan-bosannya.
[38]
Oleh karena itu, jadilah kamu seperti mereka dengan banyak beribadah
kepada-Nya dan banyak berdzikr. Ayat ini adalah salah satu ayat sajdah
yang disunatkan kita bersujud setelah membacanya atau mendengarnya, baik
di dalam shalat maupun di luar shalat. Sujud ini dinamakan sujud
tilawah.
Selesai tafsir Surah Al A’raaf dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya, dan segala puji bagi Allah di awal dan akhirnya.
Sumber dan referensi :
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon