Setelah kita mempelajari dan memahami tafsir atau kandungan ayat-ayat sebelumnya dari surat ini , Sekarang saatnya kita mempelajari kandungan atau tafsir dari ayat-ayat berikut ini
Ayat 57-58: Ajakan kepada kaum muslimin untuk tidak berwala’ kepada Ahli Kitab dan orang-orang kafir
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا
دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ (٥٧) وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ اتَّخَذُوهَا
هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ (٥٨
Terjemah Surat Al Maidah Ayat 57-64
57.[1]
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu
orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan,
(yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan
orang-orang yang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah
jika kamu orang-orang yang beriman.
58. Dan apabila kamu menyeru untuk (melaksanakan) shalat[2], mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.
Ayat 59-60: Membuka cacat Ahli Kitab dan kesesatan mereka, dan bagaimana mereka memandang salah kaum mukmin
قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ هَلْ تَنْقِمُونَ مِنَّا إِلا أَنْ آمَنَّا
بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلُ وَأَنَّ
أَكْثَرَكُمْ فَاسِقُونَ (٥٩) قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ
مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ
وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ
أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ (٦٠
Terjemah Surat Al Maidah Ayat 59-60
59.[3]
Katakanlah, "Wahai Ahli Kitab! Apakah kamu memandang kami salah, hanya
karena kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya? [4] Sungguh, kebanyakan dari kamu adalah orang-orang yang fasik."
60.[5]
Katakanlah (Muhammad), "Apakah aku akan beritakan kepadamu tentang
orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah?
Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada)
yang dijadikan kera dan babi[6] dan (orang yang) menyembah thaghut[7]." Mereka itu lebih buruk tempatnya[8] dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
Ayat
61-64: Contoh tipu daya orang-orang Yahudi, sikap main-main mereka,
kedustaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta menerangkan hukuman
untuk mereka di dunia dan akhirat
وَإِذَا
جَاءُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَقَدْ دَخَلُوا بِالْكُفْرِ وَهُمْ قَدْ
خَرَجُوا بِهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا يَكْتُمُونَ (٦١) وَتَرَى
كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ
السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٦٢) لَوْلا يَنْهَاهُمُ
الرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الإثْمَ وَأَكْلِهِمُ
السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَصْنَعُونَ (٦٣) وَقَالَتِ الْيَهُودُ
يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا
بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ
كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا
وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا
اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِينَ (٦٤
Terjemah Surat Al Maidah Ayat 61-64
61. Dan apabila mereka (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan, "Kami telah beriman"[9],
padahal mereka datang kepadamu dengan kekafiran dan mereka pergi pun
demikian; dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan[10].
62.[11] Dan kamu akan melihat banyak di antara mereka (orang Yahudi) berlomba dalam berbuat dosa[12], permusuhan dan memakan yang haram[13]. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.
63. Mengapa para ulama dan para pendeta[14]
mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan
yang haram? Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.
64. Orang-orang Yahudi berkata[15], "Tangan Allah terbelenggu."[16] Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu[17] dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. Padahal kedua tangan Allah terbuka[18], Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki[19]. Dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka[20]. Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat[21]. Setiap mereka menyalakan api peperangan[22], Allah memadamkannya[23] dan mereka berusaha menimbulkan kerusakan di bumi[24]. Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan[25].
[1]
Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang kaum mukmin
menjadikan orang-orang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang
musyrik sebagai wali, dengan mencintai dan menolong mereka, bersikap
setia kepada mereka, menampakkan rahasia kaum muslimin kepada mereka dan
menolong mereka dalam hal yang merugikan Islam dan kaum muslimin.
Demikian pula, Allah memerintahkan mereka untuk tetap bertakwa kepada
Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, di
antaranya adalah dengan berlepas diri dari mereka dan memusuhi mereka.
Hal itu, karena sikap mereka mencela agama kaum muslimin, menjadikannya
bahan ejekan dan permainan, menghina dan meremehkan, yang salah satunya
adalah ibadah shalat yang menjadi syi'ar besar kaum muslimin, di mana
mereka mengejeknya saat azan shalat dikumandangkan. Hal ini tidak lain
karena kurang akal dan bodohnya mereka. Oleh karena itu, jika mereka
masih diberikan wala' padahal keadaan mereka (Ahli Kitab) seperti ini;
yakni memusuhi dan menghina ajaran Islam, maka yang demikian menunjukkan
keimanan orang yang memberikan wala' begitu lemah dan tidak memiliki
muruu'ah (kehormatan).
[2] Dengan melakukan azan.
[3] Ayat ini dan ayat setelahnya (59 dan 60) merupakan bantahan terhadap celaan mereka kepada agama Islam dan kaum muslimin.
[4]
Yakni apakah menurutmu kami salah dan tercela hanya karena kami beriman
kepada Allah, semua kitab-Nya dan semua rasul-Nya dan menyatakan bahwa
orang yang tidak beriman kepada semua itu kafir lagi fasik? Apakah kamu
mencela kami karena melakukan kewajiban yang paling utama ini? Di
samping itu, kamu sendiri adalah orang-orang yang fasik, yang seharusnya
diam. Jika kamu tidak fasik lalu mencela, maka hal itu lebih ringan
daripada kamu mencela sedangkan diri kamu sendiri adalah orang-orang
fasik.
[5]
Karena celaan mereka yang ditujukan kepada kaum mukmin menunjukkan
bahwa mereka menganggap orang-orang mukmin itu di atas keburukan, maka
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam menjawab mereka dengan mengatakan apa yang disebutkan
dalam ayat di atas.
[6] Yaitu orang-orang Yahudi yang melanggar kehormatan hari Sabtu (Lihat surat Al Baqarah ayat 65).
[7] Thagut artinya setan dan apa yang disembah selain Allah.
[8]
Dari orang-orang mukmin, di mana rahmat Allah dekat dengan mereka,
Allah meridhai mereka, memberikan balasan yang baik kepada mereka di
dunia dan akhirat karena berbuat ikhlas kepada-Nya.
[9] Sebagai bentuk kemunafikan dan makar.
[10] Berupa kemunafikan dan niat jahat. Oleh karena itu, Dia akan membalas amal mereka.
[11]
Di ayat ini dan ayat setelahnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan
aib-aib mereka (orang-orang Yahudi) sebagai pembelaan terhadap
hamba-hamba-Nya yang mukmin.
[12] Seperti suka berbohong, dan melakukan maksiat-maksiat lainnya, baik terkait dengan hak Allah maupun dengan hak makhluk.
[13]
Yakni menerima risywah (sogokan). Hal ini menunjukkan kotornya jiwa
mereka, suka berbuat maksiat dan kezaliman. Namun anehnya, mereka
mengaku bahwa mereka di atas kemuliaan.
[14]
Para ulama dan tokoh agama dibebani untuk memerintah manusia dan
melarang, menerangkan kepada mereka jalan yang benar, mendorong
mengerjakan kebaikan dan melarang mengerjakan keburukan.
[15]
Ketika rezeki mereka sempit karena mendustakan Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam, padahal mereka sebelumnya memiliki harta yang banyak.
[16] Maksudnya ialah kikir, Mahasuci Allah dari ucapan keji tersebut.
[17] Kalimat ini mengandung beberapa makna:
-
Kutukan dari Allah terhadap orang-orang Yahudi, yang berarti bahwa
mereka akan terbelenggu di bawah kekuasaan bangsa-bangsa lain selama di
dunia dan akan disiksa dengan belenggu neraka di akhirat kelak.
- Tangan mereka terbelenggu sehingga tidak dapat mengerjakan kebaikan, sekaligus doa buruk untuk mereka.
-
Pernyataan bahwa tangan merekalah yang sesungguhnya terbelenggu dari
berbuat baik kepada manusia, dan ternyata memang demikian, yakni mereka
adalah manusia yang paling kikir kepada orang lain dan paling sedikit
kebaikannya, paling buruk sangkaannya kepada Allah dan paling jauh dari
rahmat-Nya, padahal rahmat-Nya mengena kepada segala sesuatu dan
memenuhi alam bagian atas maupun bawah.
[18]
Ahlussunnah sepakat bahwa Allah memiliki dua tangan secara hakiki namun
yang sesuai dengan kebesaran-Nya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
« إِنَّ
الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ
الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ
يَعْدِلُونَ فِى حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا » .
“Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat adil, di sisi Allah akan berada di atas
mimbar-mibar dari cahaya di sebelah kanan Ar Rahman ‘Azza wa Jalla, dan
kedua tangan-Nya adalah kanan. Mereka (yang berada di mimbar itu) adalah
orang-orang yang adil dalam hukumnya, keluarganya dan dalam hal yang
mereka pimpin.” (HR. Muslim)
Dalam hadits riwayat Muslim juga disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« يَطْوِى
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ
يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ
الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ ثُمَّ يَطْوِى الأَرَضِينَ
بِشِمَالِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ
الْمُتَكَبِّرُونَ » .
“Allah akan
menggulung seluruh lapisan langit pada hari kiamat, lalu diambil dengan
tangan kanan-Nya, dan berfirman, “Akulah penguasa, di mana orang-orang
yang berlaku zalim? Di mana orang orang yang sombong?” Kemudian Allah
menggulung beberapa bumi, lalu diambil dengan tangan kiri-Nya dan
berfirman, “Akulah Penguasa, di mana orang-orang yang berlaku zalim? Di
mana orang-orang yang sombong ?”.
Kedua hadits di
atas menunjukkan bahwa Allah memiliki dua tangan, hanya saja di hadits
pertama menerangkan bahwa kedua tangan-Nya adalah kanan, sedangkan
hadits kedua menyebutkan tentang tangan kiri-Nya. Hal ini tidaklah
bertentangan, karena maksud hadits pertama adalah bahwa tangan yang satu
lagi tidaklah seperti tangan kiri sebagaimana tangan kiri yang dimiliki
makhluk yang keadaannya lemah. Oleh karena itu, Beliau menerangkan,
bahwa kedua tangan-Nya adalah kanan, yakni tidak memiliki kekurangan.
Hal ini diperkuat oleh sabda Beliau dalam hadits tentang Adam, “Aku memilih tangan kanan Tuhanku, dan kedua tangan-Nya adalah kanan lagi diberkahi.”
(HR. Muslim) oleh karena dikhawatirkan timbul persangkaan keliru jika
ditetapkan tangan kiri yang menunjukkan kekurangan, maka Beliau
menerangkan, “Kedua tangan-Nya adalah kanan,” hal ini juga diperkuat
oleh sabda Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, “Orang-orang yang berbuat adil berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanan Ar Rahman.” Maksudnya
adalah menerangkan keutamaan mereka, martabat mereka, dan bahwa mereka
di sebelah kanan Ar Rahman. Kesimpulannya, bahwa kedua tangan Allah
adalah kanan tanpa diragukan lagi, dan masing-masingnya bukan yang lain,
dan apabila kita sebut tangan yang lain itu adalah tangan kiri, maka
bukan berarti kurang kuat dibanding tangan kanan, bahkan kedua
tangan-Nya adalah kanan. (Lihat Al Qaulul Mufid ‘alaa Kitaabit Tauhid
karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah).
[19]
Tidak ada yang menghalangi apa yang Dia kehendaki, Dia melapangkan
karunia dan ihsan-Nya baik karunia agama maupun dunia, dan memerintahkan
hamba-hamba-Nya agar mendatangi kepemurahan-Nya serta tidak menutup
pintu ihsan terhadap diri mereka dengan berbuat maksiat. Dia senantiasa
memberi di malam dan siang hari, kebaikan-Nya senantiasa tercurah di
setiap waktu, menghilangkan derita dan menyingkirkan kesedihan,
mengkayakan yang miskin, membebaskan tawanan dan mengobati hati yang
sedang merana, mengabulkan orang yang meminta, memberi orang yang fakir,
mengabulkan permintaan orang sangat membutuhkan, memberi nikmat
meskipun tidak diminta, menyembuhkan orang yang meminta kesembuhan,
demikian juga tidak dihalangi dari kebaikan-Nya orang-orang yang
bermaksiat. Di antara kepemurahan-Nya adalah memberi taufiq
wali-wali-Nya untuk mengerjakan amal shalih, kemudian Dia memuji mereka
karenanya dan menisbatkan amal itu kepada mereka, padahal yang demikian
berkat kepemurahan-Nya, Dia membalas mereka terhadapnya dengan pahala
yang segera atau ditunda nanti dengan balasan yang tidak mungkin
digambarkan, dan belum pernah terlintas di hati manusia serta bersikap
sayang kepada mereka dalam semua urusan mereka, menyampaikan kepada
mereka ihsan-Nya serta menghindarkan musibah namun mereka tidak
menyadarinya. Oleh karena itu, Mahasuci Allah, di mana semua nikmat yang
dirasakan hamba berasal dari-Nya, dan kepada-Nya diminta untuk
menghindarkan bahaya. Maha banyak kebaikan Allah, di mana tidak seorang
pun yang dapat menjumlahkan pujian-Nya, bahkan Dia sebagaimana Dia
memuji dirinya, Maha Tinggi Dia, di mana semua hamba-Nya tidak pernah
lepas sedetik pun dari kepemurahan-Nya, bahkan adanya mereka dan masih
dapat hidup tidak lain karena kepemurahan-Nya. Sungguh buruk sekali
mereka yang merasa tidak membutuhkan-Nya dan menisbatkan kepada-Nya
sesuatu yang tidak layak bagi-Nya, namun Dia Maha Penyantun, tidak
segera menghukum mereka meskipun Dia berkuasa dan tetap terus mengejak
mereka bertobat dari sikap itu (lihat ayat 65 setelah ini).
[20]
Hal ini merupakan hukuman besar yang ditimpakan kepada seorang hamba,
yakni Al Qur'an yang seharusnya menghidupkan ruh, membahagiakannya di
dunia dan akhirat serta menjadikannya mendapatkan keberuntungan, yang
mengharuskan seseorang menerimanya, tunduk kepada Allah dan
mensyukuri-Nya, namun malah menambah kesesatan baginya dan menambah
kekafirannya. Hal itu tidak lain karena berpaling daripadanya,
menolaknya dan malah menentangnya.
[21]
Masing-masing golongan mereka menyelisihi yang lain, tidak mau bersatu
dan tidak mau tolong-menolong, bahkan saling benci-membenci dan tidak
mau sepakat untuk hal yang bermaslahat bagi mereka semua.
[22] Untuk memerangi Islam dan para pemeluknya.
[23] Dengan mengecewakan mereka, memecah belah tentara mereka dan memenangkan kaum muslimin.
[24] Dengan melakukan berbagai kemaksiatan, mengajak kepada agama mereka yang batil dan menghalangi manusia dari agama Islam.
[25] Oleh karena itu, Dia akan menyiksa mereka.
Sumber dan referensi :
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon