Setelah kita mempelajari dan memahami tafsir atau kandungan ayat-ayat sebelumnya dari surat ini , Sekarang saatnya kita mempelajari kandungan atau tafsir dari ayat-ayat berikut ini
Ayat 62-68: Ajakan kepada tauhid, hakikat agama
Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dan penafian penisbatan orang-orang Yahudi
dan Nasrani kepadanya
إِنَّ
هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا اللَّهُ وَإِنَّ
اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٦٢) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ (٦٣) قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ
إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا
أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (٦٤) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي
إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالإنْجِيلُ إِلا مِنْ
بَعْدِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٦٥) هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ حَاجَجْتُمْ
فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ
عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (٦٦) مَا كَانَ
إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا
مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٦٧) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ
بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (٦٨
Terjemah Surat Ali Imran Ayat 62-68
62.
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana .
63. Kemudian jika mereka berpaling, maka (ketahuilah) bahwa Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan[1].
64. Katakanlah (Muhammad), "Wahai ahli Kitab! marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)[2]
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak
menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun[3] dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah"[4]. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka) "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim".[5]
65. Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu berbantah-bantahan[6] tentang Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan setelah Ibrahim. Apakah kamu tidak mengerti?
66. Begitulah kamu! Kamu ini (sewajarnya) berbantah-bantahan tentang hal yang kamu ketahui[7], Tetapi mengapa kamu berbantah-bantahan juga tentang apa yang tidak kamu ketahui[8]? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
67. Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus[9], muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.
68. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim[10] ialah orang-orang yang mengikutinya, dan Nabi ini (Muhammad)[11], serta orang-orang yang beriman (kepada Nabi Muhammad)[12]. Allah adalah pelindung semua orang yang beriman.[13].
Ayat 69-74: Sikap Ahli Kitab terhadap kaum muslimin dan tipu daya mereka kepada kaum muslimin dengan melakukan penipuan, pemalsuan, penyesatan dsb.
وَدَّتْ
طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ
إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (٦٩) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ
تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (٧٠) يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٧١) وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
آمِنُوا بِالَّذِي أُنْزِلَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ
وَاكْفُرُوا آخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٧٢) وَلا تُؤْمِنُوا إِلا
لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللَّهِ أَنْ يُؤْتَى
أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ قُلْ
إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ (٧٣) يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ
الْعَظِيمِ (٧٤
Terjemah Surat Ali Imran Ayat 69-74
69. Segolongan Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu[14], padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan diri mereka sendiri[15], tetapi mereka tidak menyadari.
70. Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah[16], padahal kamu mengetahui (kebenarannya)?[17]
71. Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan[18], dan kamu menyembunyikan kebenaran[19], padahal kamu mengetahui?
72. Segolongan Ahli Kitab[20]
berkata (kepada sesamanya), "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman
kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat
Rasul) pada awal siang dan ingkarilah di akhirnya, agar mereka kembali
(kepada kekafiran)[21].
73. Dan janganlah kamu percaya selain kepada orang yang mengikuti agamamu[22]." Katakanlah[23], "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) hanyalah petunjuk Allah[24]", nantinya seseorang[25] akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kamu[26],
atau bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu."
Katakanlah, "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia memberikannya
kepada siapa yang dikehendaki. Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui[27]."
74. Allah menentukan rahmat-Nya[28] kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah memiliki karunia yang besar.
[1] Sehingga nanti Allah akan memberikan hukuman kepada mereka.
[2]
Kalimat ini merupakan kalimat yang disepakati oleh para nabi dan rasul,
dan tidak ada yang menyelisihinya selain orang yang keras kepala dan
sesat. Kalimat tersebut bukanlah kalimat yang khusus bagi pihak
tertentu, bahkan semua juga harus memilikinya. Hal ini merupakan sikap
adil dalam berbicara dan inshaf dalam berdebat. Kalimat tersebut adalah
kalimat Laailaahaillallah sebagaimana yang diterangkan pada kalimat
selanjutnya.
[3] Baik dengan nabi, malaikat, patung, berhala, salib, hewan maupun benda mati.
[4]
Seperti menjadikan rahib dan orang alim mereka sebagai tuhan, dengan
mentaati apa yang mereka perintahkan meskipun menyalahi perintah Allah,
misalnya ketika mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan, mereka
mengikutinya, dan ketika mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan,
mereka pun mengikutinya. Dalam ayat ini terdapat perintah agar kita
hanya taat mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya dan tidak taat kepada
makhluk saat mereka bermaksiat kepada Allah.
[5]
Faedah mengatakan kata-kata ini kepada mereka (ahlul kitab) untuk
menegakkan hujjah kepada mereka. Di samping itu, jika kita telah tunduk
dan beriman, maka Allah tidak peduli dengan orang-orang yang tidak mau
masuk Islam karena memang niat mereka yang buruk, sebagaimana firman
Allah Ta'ala:
Katakanlah: "Berimanlah kamu
kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya
orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil
bersujud, (Al Israa': 107)
Demikian juga
menunjukkan, bahwa ketika datang syubhat kepada seorang muslim,
hendaknya mereka memperbaharui imannya dan menampakkan keislamannya
sebagai pemberitahuan terhadap keimanannya dan tanda syukur terhadap
nikmat Tuhannya.
[6]
Ayat ini turun ketika orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim
beragama Yahudi, sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan bahwa Nabi
Ibrahim beragama Nasrani. Maka Allah membantah mereka dengan tiga
alasan:
Pertama, perdebatan mereka tentang Nabi Ibrahim 'alaihis salam merupakan perdebatan yang tidak memiliki ilmu tentangnya.
Kedua,
Taurat dan Injil tidaklah diturunkan kecuali setelah Nabi Ibrahim
'alaihis salam, sehingga bagaimana mungkin Nabi Ibrahim menisbatkan diri
kepada mereka, sedangkan Beliau datang sebelum mereka.
Ketiga,
Allah Ta'ala menyucikan Beliau dari orang-orang Yahudi, Nasrani dan
orang-orang musyrik, serta menjadikan Beliau sebagai seorang yang hanif
lagi muslim.
Di samping itu, agama Yahudi dan Nasrani muncul jauh setelah Beliau.
[7] Yakni tentang Nabi Musa 'alaihis salam, Nabi Isa 'alaihis salam dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
[8] Yakni tentang Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
[9] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
[10] Maksudnya: Paling berhak dengan Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
[11] Karena kebanyakan syari'at Beliau sama dengan syari'at Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
[12]
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman inilah
yang lebih cocok mengatakan bahwa mereka di atas agama Nabi Ibrahim
'alaihis salam. Adapun orang-orang yang membuang agamanya ke belakang
punggungnya seperti orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik,
bukanlah di atas agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam, dan Beliau berlepas
diri dari mereka.
[13] Dari ayat 65-68 dapat diambil beberapa kesimpulan, di antaranya:
- Larangan berdebat dalam hal yang kita tidak memiliki ilmu tentangnya.
-
Anjuran untuk mengetahui tarikh (sejarah), dan bahwa mengetahui tarikh
dapat digunakan untuk membantah perkataan-perkataan yang batil dan
dakwaan yang menyalahi sejarah.
[14] Ayat ini sama seperti firman Allah Ta'ala:
"Sebagian
besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari
diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran…dst." (Terj. Al Baqarah: 109)
[15]
Usaha mereka menyesatkan kaum mukmin, tidaklah menimpa selain kepada
diri mereka sendiri, membuat mereka semakin sesat dan bertambah azabnya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Orang-orang yang
kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada
mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat
kerusakan." (Terj. An Nahl: 88)
[16] Yakni ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
[17]
Maksudnya: Apa yang menyebabkan kamu wahai Ahli Kitab, berbuat kafir
kepada ayat-ayat Allah padahal kamu mengetahui bahwa pendirian kamu
adalah batil, dan yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam itulah yang benar?. Ayat ini merupakan larangan kepada mereka
untuk menyesatkan diri mereka sendiri, dan pada ayat selanjutnya tedapat
larangan bagi mereka menyesatkan orang lain.
[18]
Yaitu menutupi firman-firman Allah yang tertulis dalam Taurat dan Injil
dan mengganti dengan perkataan yang dibuat-buat mereka (Ahli Kitab).
Orang-orang berilmu yang mencampuradukkan yang hak dengan yang batil dan
menyembunyikan kebenaran membuat kebenaran menjadi samar dan kebatilan
menjadi dianggap benar, akibatnya orang-orang awam tidak dapat mengambil
petunjuk. Padahal yang diinginkan dari ahli ilmu adalah menerangkan
kebenaran kepada manusia, memilah mana yang hak dan mana yang batil,
mana yang halal dan mana yang haram, mana aqidah yang benar dan mana
aqidah yang salah agar manusia dapat mengambil petunjuk dan hujjah
menjadi tegak bagi orang-orang yang tetap mengingkari. Oleh karena itu,
mereka yang menyembunyikan yang hak memperoleh laknat dari Allah,
malaikat dan manusia semuanya sebagaimana disebutkan dalam surat Al
Baqarah: 159. Di samping itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga telah
mengambil perjanjian dari mereka agar mereka menyampaikan kebenaran
kepada manusia dan tidak menyembunyikannya sebagaimana dalam surat Ali
Imran: 187.
[19]
Maksudnya: kebenaran tentang kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam atau sifat-sifat Beliau yang disebutkan dalam Taurat dan Injil.
[20] Yakni orang-orang Yahudi.
[21]
Yakni agar kaum mukmin meragukan kebenaran agama mereka, sehingga
mereka mengatakan "Jika memang agama ini benar, tentu mereka tidak akan
murtad daripadanya", akhirnya mereka mau kembali kafir.
[22]
Maksudnya: Jangan kamu percayakan dan menyampaikan rahasia selain
kepada orang yang seagama dengan kamu (Yahudi/Nasrani) agar orang lain
tidak jadi masuk Islam. Hal ini karena jika mereka menyampaikan
pengetahuan yang sebenarnya kepada selain mereka, nantinya orang lain
memiliki ilmu tentang kebenaran risalah Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam sebagaimana yang dimiliki mereka sehingga masuk Islam, orang itu
pun akan mengalahkan hujjah mereka di hadapan Allah pada hari kiamat,
bersaksi bahwa hujjah telah tegak kepada mereka di dunia dan petunjuk
telah jelas, namun mereka tidak mau mengikuti.
[23] Sebagai jawaban terhadap anggapan mereka bahwa pengetahuan tentang kebenaran hanya dimiliki mereka saja.
[24]
Petunjuk itu berasal dari Allah. Petunjuk itu bisa berupa mengetahui
kebenaran maupun mengamalkan kebenaran itu (memperoleh taufiq), dan
tidak ada yang memperoleh taufiq selain orang yang diberi taufiq oleh
Allah. Orang-orang Ahli Kitab tidaklah diberi pengetahuan kecuali
sedikit, sedangkan taufiq untuk beramal, maka telah hilang dari mereka
karena busuknya niat dan buruknya tujuan mereka. Adapun umat ini, maka
mereka memperoleh hidayah dan taufiq (yakni ilmu dan amal), sehingga wal
hamdulillah umat ini karena hidayah dari Allah memperoleh berbagai
cabang ilmu dan pengetahuan dengan dibarengi amal, mereka pun memperoleh
ketinggian, menjadi orang-orang yang menunjukkan jalan yang lurus
dengan perintah Allah. Hal ini merupakan karunia Allah dan ihsan-Nya
yang besar kepada mereka.
[25] Yakni orang selain kamu.
[26] Berupa pengetahuan tentang kebenaran.
[27] Yakni mengetahui siapa yang berhak memperoleh karunia itu dan siapa yang tidak.
[28] Maksudnya: Kenabian dan hidayah.
Sumber dan referensi :
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon