Sekarang kita telah memasuki juz 3 tetapi masih tetap dalam surat Al-Baqarah . Surat ini hampir mencapai ujungnya/akhirnya saat memasuki juz ke 3 .
Setelah kalian mempelajari dan memahami ayat-ayat sebelumnya , sekarang saatnya mempelajari ayat selanjutnya , disini
Ayat 253-254: Menerangkan perbedaan derajat para
rasul, perbedaan sikap manusia kepada para rasul, dan dorongan kepada
mereka untuk berinfak
تِلْكَ
الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ
اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا
اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ
الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ
كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ
مَا يُرِيدُ (٢٥٣) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا
رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا
خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (٢٥٤
Terjemah Surat Al Baqarah Ayat 253-254
253. Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain.[1] Di antara mereka ada yang langsung Allah berfirman dengannya[2] dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat[3]. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat[4] serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus[5].
Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak
berbunuh-bunuhan setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka
berselisih[6],
maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau
Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah
berbuat menurut kehendak-Nya.
254. Wahai orang-orang yang beriman! infakkanlah sebagian dari rizki yang telah Kami berikan kepadamu[7] sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli[8], tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafa'at[9]. Orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim[10].
Ayat
255: Ayat kursi, di sana Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati Diri-Nya
dengan sifat kesempurnaan dan menyucikan Diri-Nya dari segala sifat
kekurangan
اللَّهُ
لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا
نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي
يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا
خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (٢٥٥
Terjemah Surat Al Baqarah Ayat 255 (Ayat Kursi)
255.[11] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang Maha yang hidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya) [12], tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi[13]. Tidak ada yang dapat memberi syafa'at di sisi-Nya tanpa izin-Nya[14]. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka[15], dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki[16]. Kursi-Nya[17] meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi[18] lagi Mahabesar[19].
[1]
Seorang hamba di samping wajib mengenal Allah, hendaknya mengenal para
rasul-Nya sifat wajib, mustahil dan yang ja'iz (boleh terjadi) pada diri
mereka. Untuk mengetahuinya dapat kita peroleh dari dari penjelasan
Allah Subhaanahu wa Ta'aala di beberapa ayat tentang sifat mereka. Di
antaranya adalah bahwa mereka laki-laki bukan wanita, berasal dari
penduduk tersebut, bukan dari pelosok (badui), mereka adalah orang-orang
terpilih, Allah menghimpun pada dirinya semua sifat terpuji dan bahwa
mereka selamat dari semua yang menodai risalah mereka, seperti dusta,
khianat, sifat menyembunyikan dan sifat tercela lainnya. Mereka juga
tidak keliru dalam hal risalah dan taklif (pembebanan syari'at), Allah
Subhaanahu wa Ta'aala juga mengkhususkan mereka dengan wahyu-Nya. Oleh
karena itu, kita wajib beriman dan mentaati mereka. Barang siapa yang
tidak beriman kepada mereka, maka dia adalah kafir, mencacati mereka
atau memaki meereka pun kafir. Dalil-dalil apa yang disebutkan di sini
banyak sekali, dan barang siapa yang mentadabburi Al Qur'an, maka akan
semakin jelas lagi.
[2] Seperti Nabi Musa 'alaihis salam.
[3]
Yakni Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan umumnya
risalah Beliau, ditutupnya kenabian dengan Beliau, dilebihkan umatnya di
atas umat-umat yang lain dll. Bahkan pada diri Beliau berkumpul
keistimewaan yang terpisah-pisah pada diri yang lain.
[4]
Seperti dapat menyembuhkan seorang yang buta sejak lahir, orang yang
terkena penyakit sopak dan menghidupkan orang yang sudah mati. Semua itu
dengan izin Allah. Hal tersebut untuk membuktikan kenabiannya, bahwa
dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya, kalimat-Nya yang disampaikan
kepada Maryam dan dengan tiupan ruh dari-Nya.
[5]
Menurut jumhur musafirin, bahwa Ruhul Qudus itu ialah Malaikat Jibril.
Malaikat Jibril berjalan bersama Nabi Isa di mana saja ia berjalan. Ada
pula yang mengartikan Ruhul Qudus dengan "iman, keyakinan dan diberi
kekuatan untuk menjalankan perintah yang dibebankan kepadanya".
[6]
Di antara mereka ada yang beriman dan ada yang tetap kafir. Akibatnya,
terjadilah perpecahan, permusuhan dan peperangan. Meskipun begitu, jika
Allah menghendaki tentu tidak akan terjadi saling membunuh.
Dalam
ayat di atas terdapat dalil bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala
senantiasa berbuat sesuai yang dikehendaki-Nya dan sesuai hikmah-Nya. Di
antara perbuatan-Nya adalah sebagaimana yang diberitakan Allah dan
rasul-Nya, seperti: istiwa' (bersemayam), turun ke langit dunia di
sepertiga malam terakhir, berkata dan berbuat. Perbuatan tersebut
disebut af'aal ikhtiyariyyah.
[7]
Mencakup sedekah wajib (seperti zakat) maupun sedekah sunat agar mereka
memiliki simpanan dan pahala yang besar di hari akhirat, hari di mana
orang-orang sangat membutuhkan amal shalih meskipun seberat dzarrah
(debu).
[8]
Di akhirat tidak ada lagi jual beli untuk memperoleh laba atau
keuntungan. Seseorang pun tidak dapat menebus dirinya dari azab Allah
meskipun dengan mengeluarkan emas sepenuh bumi. Kawan pun tidak dapat
memberikan manfaat baik dengan kedudukannya maupun dengan syafa'at
(memberikan pertolongan).
[9]
Syafa'at adalah usaha perantaraan dalam memberikan suatu manfaat bagi
orang lain atau menghindarkan suatu madharat bagi orang lain. Syafa'at
yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang
kafir.
[10]
Pada hari itu kehinaan betul-betul menimpa orang-orang yang zalim,
yaitu orang-orang yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya atau
tidak memberikan hak kepada yang memilikinya. Mereka tidak memenuhi hak
Allah (untuk diibadati) dan hak hamba-hamba-Nya, berpaling dari yang
halal kepada yang haram, dan kezaliman yang paling besar adalah
kekafiran kepada Allah, yaitu dengan mengarahkan ibadah kepada
selain-Nya, padahal selain Allah tidak memiliki hak diibadati. Oleh
karena itulah, orang-orang kafir disebut orang-orang yang zhalim.
[11]
Ayat ini merupakan ayat yang paling agung, paling utama dan paling
mulia karena mengandung perkara-perkara besar dan sifat-sifat Allah yang
mulia. Oleh karena itulah, banyak hadits-hadits yang menganjurkan kita
untuk membacanya dan menjadikannya wirid harian yang dibaca di pagi dan
sore hari, sebelum tidur dan sehabis shalat lima waktu. Allah Subhaanahu
wa Ta'aala menyebutkan pada ayat tersebut tentang Diri-nya, bahwa tidak
ada yang berhak disembah selain Dia, karena kesempurnaan-Nya dan
kesempurnaan sifat-sifat-Nya serta banyaknya nikmat yang
dikaruniakan-Nya. Di samping itu, karena keadaan seorang hamba yang
memang berhak menjadi hamba Allah Tuhannya dengan mengikuti perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Semua sesembahan yang disembah selain Allah
adalah batil, hal itu karena selain Allah adalah makhluk, memiliki
kekurangan, diatur dan bergantung dengan sesuatu sehingga tidak pantas
disembah.
[12]
Al Hayyu dan Al Qayyum adalah dua nama yang mulia, yang menunjukkan
kepada semua Asma'ul Husna baik menunjukkan secara muthabaqah
(bersamaan), tadhammun (terkandung di dalamnya) maupun iltizam
(menghendaki adanya). Al Hayyu (Maha Hidup) adalah Yang memiliki hidup
secara sempurna; menghendaki semua sifat pada zat-Nya seperti sifat
mendengar, melihat, mengetahui, berkuasa, dsb. Sedangkan Al Qayyum
adalah yang terus menerus mengurus makhluk-Nya. Nama-Nya Al Qayyum
menghendaki adanya perbuatan pada Allah Subhaanahu wa Ta'aala sesuai
kehendak-Nya, seperti istiwa' (bersemayam), turun ke langit dunia,
berbicara, mencipta, memberi rezeki, mematikan dan menghidupkan serta
semua bentuk tadbir (mengurus) lainnya; semua itu termasuk ke dalam
sifat qayyumiyyah Allah. Oleh karrena itu, para pentahqiq mengatakan
bahwa keduanya adalah Al Ismul A'zham (nama teragung), di mana apabila
seseorang berdo'a dengan nama itu akan dikabulkan Allah dan apabila
diminta dengan nama itu akan diberikan. Di antara sempurnanya hidup dan
qayyumiyyyah (kepengurusan) Allah adalah bahwa Dia tidak mengantuk dan
tidak tidur.
[13]
Allah-lah pemilik apa saja yang ada di langit dan di bumi, sedangkan
selain-Nya milik-Nya. Allah-lah Pencipta, Pemberi rezeki dan Pengatur,
sedangkan selain-Nya dicipta, diberi rezeki dan diatur.
[14]
Tidak ada seorang yang dapat memberi syafa'at di sisi-Nya tanpa
izin-Nya. Syafa'at itu semuanya milik Allah. Akan tetapi, Allah
subhaanahu wa Ta'ala apabila hendak merahmati hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya, Dia mengizinkan kepada orang yang hendak dimuliakan-Nya
untuk memberi syafa'at, dan yang akan memberi syafa'at tidak memulai
memberi syafa'at sebelum mendapat izin-Nya.
[15]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui segala yang terjadi baik di masa
lalu, sekarang dan yang akan datang. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu,
baik yang besar maupun yang kecil, secara garis besar maupun secara
tafshil (rinci), zhahir maupun batin, yang ghaib maupun yang nampak.
[16] Misalnya melalui berita-berita yang disampaikan oleh para rasul.
[17]
Ibnu Abbas mengartikan kursi dengan, "Tempat Allah meletakkan kedua
kaki-Nya- dan tidak ada yang mengetahui kaifiyat(bagaimana)nya selain
Dia. Hal ini menunjukkan sempurnanya keagungan Allah dan luasnya
kekuasaan-Nya; kursi-Nya saja meliputi langit dan bumi. Kursi bukanlah
makhluk Allah yang terbesar, bahkan di sana masih ada lagi yang lebih
besar, yaitu 'Arsy, di mana tidak ada yang mengetahui besarnya selain
Dia. Jika makhluk-Nya sudah sedemikian besarnya, lalu bagaimana dengan
Penciptanya, yaitu Allah, yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap
tanpa lelah, Allahu akbar.
[18]
Allah Maha Tinggi zat-Nya di atas 'arsyi-Nya, Maha Tinggi dengan
kekuasaan-Nya di atas semua makhluk dan Maha Tinggi kedudukan-Nya karena
sempurna sifat-Nya.
[19]
Dia Maha Besar, di mana semua pembesar dan raja kecil di hadapan-Nya.
Maha Suci Allah yang memiliki keagungan yang besar, keperkasaan dan
mampu mengalahkan segala sesuatu.
Ayat kursi ini mengandung beberapa hal, di antaranya:
-
Tauhid uluhiyyah (keberhakan Allah untuk diibadati), tauhid rububiyyah
(Allah Pengurus alam semesta), dan mengandung tauhid asma' wa shifat
(nama-nama Allah dan sifat-Nya).
- Kerajaan Allah, ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu.
- Kebesaran, keagungan dan ketinggian-Nya di atas semua makhluk-Nya.
- Mengandung 'aqidah tentang asma wa shifat.
Sumber dan referensi :
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon