Setelah kita mempelajari dan memahami tafsir atau kandungan ayat-ayat sebelumnya dari surat ini , Sekarang saatnya kita mempelajari kandungan atau tafsir dari ayat-ayat berikut ini
Ayat 135-136: Perintah berbuat adil dalam masalah hukum, qadha’ (peradilan) serta menerangkan rukun-rukun iman
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ
لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ
إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلا
تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا
فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (١٣٥) يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي
نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ
يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا (١٣٦
Terjemah Surat An Nisa Ayat 135-136
135. Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan[1], menjadi saksi[2] karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri[3]
atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa)
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan(kebaikannya)[4]. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran[5]. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata)[6] atau enggan menjadi saksi[7], maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan[8].
136. Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman[9]
kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (Al Qur'an) yang
Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, maka sungguh orang
itu telah tersesat sangat jauh[10].
Ayat 137-139: Bahaya kaum munafik terhadap umat Islam
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ
ازْدَادُوا كُفْرًا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلا
لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلا (١٣٧) بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ
عَذَابًا أَلِيمًا (١٣٨) الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ
مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ
الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا (١٣٩
Terjemah Surat An Nisa Ayat 137-139
137. Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman (lagi), kamudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya[11], maka Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus)[12].
138. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik[13] bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,
139.
(Yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan
di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah[14].
Ayat
140: Tidak bolehnya berwala’ kepada orang-orang kafir dan tidak
bolehnya duduk bersama orang-orang yang mengolok-olokkan Al Qur’an,
serta bagus memilih teman yang baik
وَقَدْ
نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ
يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى
يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ
جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا (١٤٠
Terjemah Surat An Nisa Ayat 140
140. Dan sungguh, Allah telah menurunkan ketentuan kepadamu di dalam Al Quran[15]
bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk
bersama mereka[16],
sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (kalau kamu tetap
duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka[17]. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam[18],
[1]
Keadilan di sini mencakup keadilan terhadap hak Allah, demikian juga
keadilan terhadap hak hamba-hamba Allah. Berbuat adil terhadap hak Allah
adalah dengan tidak menggunakan nikmat-Nya untuk bermaksiat kepada-Nya,
bahkan menggunakannya untuk ketaaan kepada-Nya. Sedangkan keadilan
terhadap hak hamba-hamba Allah adalah dengan memenuhi kewajibanmu
terhadap orang lain, sebagaimana kamu menuntut hakmu. Oleh karena itu,
kamu harus memberikan nafkah yang wajib kamu keluarkan, membayarkan
hutang yang kamu tanggung, serta bermu'amalah dengan manusia dengan cara
yang kamu suka jika kamu dimu'amalahkan seperti itu, seperti akhlak
mulia, membalas jasa dsb. Di antara bentuk menegakkkan keadilan adalah
bersikap adil dalam berbicara, oleh karena itu, dia tidak boleh
menghukumi salah satu dari dua perkataan atau salah satu dari dua orang
yang bersengketa karena ada hubungan nasab dengannya atau karena lebih
cenderung kepadanya, bahkan sikapnya harus adil. Termasuk adil pula
menunaikan persaksian yang diketahuinya bagaimana pun bentuknya,
meskipun mengena kepada orang yang dicintainya atau bahkan mengenai
dirinya sendiri.
[2] Yakni saksi yang benar.
[3] Yakni dengan mengakui kebenaran dan tidak menyembunyikannya.
[4]
Oleh karena itu, jangan mempertimbangkan orang kaya karena kekayaannya
dan orang miskin karena kasihan kepadanya, bahkan tetaplah kamu bersaksi
terhadap kebenaran kepada siapa pun orangnya. Menegakkan keadilan
termasuk perkara agung, dan yang demikian menunjukkan keadaan agama
seseorang, kewara'annya dan kedudukannya dalam agama Islam. Oleh
karenanya wajib bagi orang yang memperbaiki dirinya dan menginginkan
keselamatan untuk memperhatikan hal ini dan menjadikannnya sebagai pusat
perhatiannya serta menyingkirkan segala penghalang yang menghalanginya
dari keinginan berlaku adil dan mengamalkannya. Di antara penghalang
utama yang dapat menghalangi seseorang dari keadilan adalah mengikuti
hawa nafsu, maka dalam ayat di atas Allah mengingatkan untuk
menyingkirkan penghalang ini, Dia berfirman, "Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran ".
[5]
Hal itu, karena jika kamu mengikuti hawa nafsu, maka kamu akan
menyimpang dari jalan yang benar, karena hawa nafsu biasanya membuat
buta bashirah (mata hati) yang ada dalam diri seseorang sehingga ia pun
melihat yang hak sebagai batil dan yang batil sebagai hak. Barang siapa
yang dapat selamat dari hawa nafsunya, maka dia akan diberi taufiq
kepada kebenaran dan akan ditunjuki ke jalan yang lurus.
[6]
Termasuk ke dalamnya memutar balikkan fakta, tidak menyempurnakannya,
saksi menta'wil kepada maksud yang lain dsb. ini semua termasuk memutar
balikkan fakta.
[7] Termasuk pula jika hakim enggan memberikan keputusan terhadapnya.
[8]
Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan kepadamu. Dalam ayat ini
terdapat ancaman yang keras bagi orang yang memutar balikkan fakta atau
enggan bersaksi, termasuk pula –min baab aulaa/apalagi- orang yang
menghukum dengan batil atau bersaksi palsu, karena orang-orang yang
sebelumnya tadi meninggalkan yang hak, adapun mereka, yakni orang yang
berhukum dengan batil atau bersaksi palsu, maka dia telah meninggalkan
kebenaran dan malah menegakkan yang batil.
[9]
Perlu diketahui, bahwa perintah beriman bisa tertuju kepada orang yang
belum masuk dalam keimanan dan belum memiliki sifat itu, seperti
perintah kepada orang yang belum beriman, "Wahai orang-orang yang
telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami
turunkan (Al Quran) yang membenarkan kitab yang ada pada kamu…dst."
(Terj. An Nisaa': 47), bisa juga tertuju kepada orang yang sudah masuk
ke dalam keimanan, maka perintah di sini untuk memperbaiki apa yang
telah ada dari keimanan itu dan memunculkan apa yang belum ada, seperti
pada ayat di atas, di mana Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan
kepada kaum mukmin untuk beriman. Hal ini menghendaki agar mereka
memperbaiki keimanan mereka, berupa keikhlasan dan kebenarannya, serta
menjauhkan imannya dari segala yang dapat merusak dan bertobat dari
segala yang dapat mengurangi keimanan. Demikian juga perintah untuk
mewujudkan apa yang belum ada dalam diri seorang mukmin, berupa
pengetahuan keimanan dan pengamalannya. Kemudian dilanjutkan dengan
istiqamah dan tetap terus di atasnya sampai wafat, sebagaimana firman
Allah Ta'ala, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (Terj. Ali Imran: 102).
[10]
Kesesatan apa yang lebih jauh daripada kesesatan orang yang
meninggalkan jalan yang lurus dan malah menempuh jalan yang mengarah
kepada azab yang pedih. Perlu diketahui, bahwa mengingkari salah satu di
antara yang disebutkan dalam ayat di atas sama saja mengingkari
semuanya, karena adanya talazum (terikat dan tidak dapat dipisahkan yang
satu dengan yang lain) dengan beriman kepada sebagiannya dan ingkar
kepada sebagian yang lain.
[11] Misalnya di samping kekafirannya, ia merendahkan Islam pula.
[12] Ada yang menafsirkan ayat di atas sebagai berikut, "Sesungguhnya
orang-orang yang beriman kepada Nabi Musa, yaitu orang-orang Yahudi,
lalu kafir karena menyembah anak sapi, kemudian beriman lagi setelahnya,
lalu kafir lagi kepada Nabi Isa dan bertambah lagi kekafirannya dengan
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Allah tidak akan
mengampuni mereka selama mereka seperti itu dan tidak menunjukkan mereka
jalan yang lurus." Yakni jauh dari taufiq dan hidayah ke jalan yang
lurus. Ayat di atas juga menunjukkan bahwa jika mereka tidak bertambah
kafir, bahkan kembali kepada Islam serta meninggalkan kekafirannya, maka
Allah akan mengampuni mereka meskipun telah melakukan kemurtadan
berkali-kali. Jika orang yang melakukan kekafiran saja seperti ini,
yakni Allah akan menerima tobatnya jika dia kembali, maka terhadap
dosa-dosa yang di bawahnya sudah tentu Allah akan membukakan pintu tobat
kepadanya jika dia kembali bertobat, meskipun ia telah berkali-kali
melakukan dosa.
[13] Yakni orang-orang yang menampakkan keislaman di luar dan menyembunyikan kekafiran di dalam.
[14]
Inilah keadaan mereka kaum munafik, mereka bersangka buruk kepada Allah
dan kurang yakin bahwa Allah akan memenangkan hamba-hamba-Nya yang
mukmin, padahal kekuatan itu milik Allah semuanya, semua makhluk dalam
kekuasaan-Nya, dan kehendak-Nya berlaku pada mereka. Dia menjamin akan
memenangkan agama-Nya dan memenangkan hamba-hamba-Nya yang mukmin, kalau
pun terkadang musuh yang menang, namun tidak selamanya, karena
kemenangan terakhir akan diperoleh kaum mukmin. Dalam ayat ini terdapat
ancaman memberikan wala' (loyalitas) kepada kaum kafir dan meninggalkan
berwala' kepada kaum mukmin, dan bahwa yang demikian termasuk sifat
orang-orang munafik, padahal keimanan yang sesungguhnya menghendaki
mencintai kaum mukmin dan berwala' kepada mereka serta membenci
orang-orang kafir dan memusuhi mereka.
[15] Seperti di surat Al An'aam ayat 68.
[16]
Bersama orang-orang kafir dan orang-orang yang memperolok ayat-ayat
Allah. Hal itu, karena seorang muslim dituntut mengimani ayat-ayat
Allah, memuliakannya dan mengagungkannya serta menghormatinya. sedangkan
kebalikannya adalah merendahkan dan memperolok-oloknya. Dalam ayat ini
juga terdapat larangan menghadiri majlis-majlis maksiat dan kefasikan
yang di sana perintah Allah direndahkan dan larangan-Nya dikerjakan.
Dengan demikian barang siapa yang menghadiri majlis yang di sana
dikerjakan maksiat, maka ia harus mengingkari jika memiliki kemampuan
atau pergi meninggalkan jika tidak mampu mengingkari.
[17]
Dalam hal dosa, karena yang demikian menunjukkan keridhaan kamu
terhadap kekafiran mereka dan keridhaan kepada sikap mereka
mengolok-olok ayat Allah, sedangkan orang yang ridha dengan maksiat sama
seperti orang yang melakukannya.
[18]
Sebagaimana mereka berkumpul bersama di atas kekafiran dan
mengolok-olok ayat-ayat Allah ketika di dunia, dan keadaan mereka (kaum
munafik) yang zhahirnya seakan-akan bersama kaum mukmin tidaklah
bermanfaat apa-apa bagi mereka.
Sumber dan referensi :
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon