Setelah kita mempelajari dan memahami tafsir atau kandungan ayat-ayat sebelumnya dari surat ini , Sekarang saatnya kita mempelajari kandungan atau tafsir dari ayat-ayat berikut ini
Ayat 162: Pujian kepada orang-orang mukmin dan orang yang beriman
dari kalangan Ahli Kitab serta apa yang akan mereka peroleh berupa
pahala yang besar
لَكِنِ
الرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُؤْمِنُونَ يُؤْمِنُونَ بِمَا
أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَالْمُقِيمِينَ
الصَّلاةَ وَالْمُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالْمُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ أُولَئِكَ سَنُؤْتِيهِمْ أَجْرًا عَظِيمًا (١٦٢)
Terjemah Surat An Nisa Ayat 162
162.[1] Tetapi orang-orang yang ilmunya mendalam di antara mereka[2], dan orang-orang yang beriman[3],
mereka beriman kepada (Al Quran) yang diturunkan kepadamu, dan kepada
(kitab-kitab) yang diturunkan sebelummu, begitu pula mereka yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Kepada mereka akan Kami berikan pahala yang besar[4].
Ayat 163-165: Kesamaan kandungan wahyu dan pokok-pokok agama yang diwahyukan kepada para rasul, dan hikmah Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus para rasul
إِنَّا
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ
بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ
وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا (١٦٣)وَرُسُلا قَدْ
قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا (١٦٤) رُسُلا مُبَشِّرِينَ
وَمُنْذِرِينَ لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ
الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (١٦٥
Terjemah Surat An Nisa Ayat 163-165
163. Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah
mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah
mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak
cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah
memberikan kitab Zabur kepada Dawud[5].
164.[6]
Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu
sebelumnya, dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan
mereka kepadamu. Dan kepada Musa Allah telah berfirman secara langsung[7].
165. Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira[8] dan pemberi peringatan[9], agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus[10]. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Ayat 166-169: Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersaksi untuk Nabi-Nya
shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau adalah utusan-Nya, dan bahwa
Beliau adalah seorang pemberi petunjuk dan pemberi peringatan, serta
menerangkan akibat yang akan diterima orang-orang kafir yang mengingkari
risalah dan Rasul
لَكِنِ
اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنْزَلَ إِلَيْكَ أَنْزَلَهُ بِعِلْمِهِ
وَالْمَلائِكَةُ يَشْهَدُونَ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (١٦٦) إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ قَدْ ضَلُّوا ضَلالا
بَعِيدًا (١٦٧) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَظَلَمُوا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ
لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيقًا (١٦٨) إِلا طَرِيقَ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرًا (١٦٩)
Terjemah Surat An Nisa Ayat 166-169
166.[11] Tetapi Allah menjadi saksi atas (Al Quran) yang diturunkan-Nya kepadamu (Muhammad). Dia menurunkannya dengan ilmu-Nya[12]; dan para malaikat pun menyaksikan. Cukuplah Allah yang menjadi saksi.
167.[13] Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah[14], benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya.
168. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman[15], Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) akan menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus),
169. Kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan hal itu sangat mudah bagi Allah[16].
[1] Setelah disebutkan aib-aib Ahli Kitab, pada ayat ini disebutkan orang-orang yang terpuji di antara mereka.
[2] Sehingga keyakinan tertanam dalam hati mereka dan membuahkan keimanan, seperti yang dimiliki Abdullah bin Salam.
[3]
Seperti kaum Muhajirin dan Anshar, di mana iman mereka membuahkan amal
yang salih, misalnya mendirikan shalat dan menunaikan zakat, di mana
keduanya merupakan amal yang paling utama. Di dalam shalat terdapat
sikap ikhlas kepada Allah, dan dalam zakat terdapat ihsan kepada
hamba-hamba Allah. Mereka pun beriman kepada hari akhir, oleh karenanya
mereka takut terhadap ancaman dan mengharap balasan yang telah
dijanjikan.
[4]
Karena mereka menggabung antara berilmu, beriman dan beramal salih,
serta beriman kepada kitab-kitab dan rasul-rasul yang dahulu maupun yang
datang kepada mereka.
[5] Dalam ayat ini terdapat beberapa faedah, di antaranya:
- Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah rasul yang baru,
bahkan sebelumnya Allah telah mengutus pula para rasul yang jumlahnya
banyak. Oleh karena itu, menganggap asing kerasulan Beliau tidaklah
tepat, dan anggapan seperti itu merupakan kebodohan dan karena sikap
keras menolak kebenaran.
- Allah mewahyukan kepada Beliau sebagaimana Allah mewahyukan kepada
rasul-rasul yang lain, berupa ushul (dasar-dasar agama) dan keadilan
yang disepakati oleh semua rasul, dan bahwa satu sama lain saling
membenarkan.
- Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam termasuk para rasul,
dakwah Beliau sama dengan dakwah para rasul, akhlak Beliau sama dan
tujuannya pun sama. Nasab Beliuau tidak bersambung dengan orang-orang
yang tidak dikenal, orang-orang yang suka berdusta apalagi dengan
raja-raja yang zalim.
- Disebutkan para rasul sebelumnya untuk mengangkat nama mereka dan
memuji mereka serta mempelajari hal ihwal mereka. Mereka adalah
orang-orang yang berbuat ihsan, dan orang-orang yang berbuat ihsan
berhak mendapatkan pujian yang baik di tengah-tengah manusia, sedangkan
para rasul berada dalam tingkatan paling atas dalam berbuat ihsan.
[6]
Setelah disebutkan bahwa mereka bersama-sama mendapatkan wahyu, maka
disebutkan pengkhususan sebagian mereka. Nabi Dawud diberi oleh Allah
kitab Zabur dan Nabi Musa 'alaihis salam diajak bicara oleh-Nya secara
langsung tanpa perantara. Dalam ayat tersebut juga diterangkan, bahwa
para rasul tersebut ada yang dikisahkan Allah dan ada yang tidak
dikisahkan-Nya, hal ini menunjukkan banyaknya jumlah mereka.
[7]
Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa 'alaihis salam merupakan
keistimewaan Beliau, oleh karenanya Nabi Musa 'alaihis salam disebut
Kalimullah (orang yang diajak bicara oleh Allah), sedangkan rasul-rasul
yang lain mendapat wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah berbicara secara
langsung dengan Allah pada malam hari di waktu mi'raj.
[8] Bagi orang yang menaati Allah dan mengikuti mereka, bahwa mereka akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
[9] Bagi orang yang durhaka kepada Allah dan menyelisihi mereka, bahwa mereka akan mendapatkan kesengsaraan di dunia dan akhirat.
[10] Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al Qashash: 47:
"Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka
disebabkan apa yang mereka kerjakan: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau
tidak mengutus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat
Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang yang beriman". (Terj. Al Qashash: 47)
Para rasul telah menerangkan kepada manusia perkara agama mereka, apa
saja yang diridhai Tuhan mereka dan apa yang dimurkai-Nya, telah
menerangkan pula jalan-jalan ke surga dan jalan-jalan ke neraka, oleh
karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah dengan
mengatakan "Belum ada yang datang kepada kami menjelaskan agama ini."
[11]
Dalam tafsir Jalaalain diterangkan, bahwa ayat ini turun ketika
orang-orang Yahudi ditanya tentang kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam, lalu mereka mengingkarinya, maka pada ayat di atas Allah
menerangkan bahwa Allah yang menjadi saksi terhadap kenabian Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam, demikian juga terhadap kebenaran kitab
yang diturunkan kepadanya.
[12]
Bisa maksudnya, bahwa di dalamnya mengandung ilmu-Nya, yakni di
dalamnya terdapat pengetahuan tentang ketuhanan, hukum-hukum syar'i, dan
berita-berita ghaib, di mana hal itu termasuk ilmu Allah yang
diajarkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Bisa juga maksudnya, bahwa Allah
menurunkannya muncul dari pengetahuan-Nya, di mana hal ini terdapat
isyarat dan pemberitahuan tentang persaksian-Nya, sehingga maksudnya
adalah apabila Allah menurunkan Al Qur'an yang mengandung perintah dan
larangan, sedangkan Dia mengetahui hal itu, mengetahui pula keadaan
orang yang diturunkan kepadanya kitab itu, Dia mengajak pula manusia
kepadanya, maka barang siapa yang mendatangi sesuan itu dan
membenarkannya, maka dia adalah wali-Nya, sebaliknya barang siapa yang
mendustakannya dan memusuhinya, maka dia menjadi musuh-Nya, lantas
persaksian apa yang lebih besar daripada persaksian ini, di mana
persaksian itu tidak mungkin dicacatkan kecuali sama saja mencacatkan
pengetahuan Allah, kekuasaan-Nya dan hikmah-Nya.
[13]
Setelah menyebutkan bahwa Allah yang menjadi saksi atas kenabian
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, demikian juga para malaikat-Nya,
di mana hal itu menunjukkan benarnya kerasulan Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam dan menghendaki untuk dibenarkan, diimani dan diikuti,
maka pada ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancam orang-orang
yang kafir kepada Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.
[14]
Yakni dari agama Islam, yaitu dengan menyembunyikan sifat-sifat Nabi
akhir zaman yang disebutkan dalam Taurat atau melakukan usaha
menghalangi manusia dari agama Allah. Mereka ini adalah para pemimpin
kekafiran dan para penyeru kesesatan, karena mereka menggabung antara
sikap kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah. Oleh karena itu,
kesesatan apa yang lebih besar daripada kesesatan orang yang membuat
sesat dirinya dan orang lain, di mana ia membawa dua dosa, dua kerugian
dan luput dari dua hidayah (hidayah bagi diri dan usaha dari dirinya
menunjukkan orang lain).
[15] Terhadap nabinya.
[16]
Allah tidaklah menzalimi hamba-hamba-Nya, tetapi merekalah yang memang
tidak mau diajak kepada kebaikan, bahkan memilih jalan sendiri untuk
diri mereka. Oleh karena itu, beruntunglah orang yang dalam hidupnya
meminta petunjuk Allah dan tidak mengandalkan kemampuan dirinya yang
terbatas. Yaa Hayyu Yaa Qayyum birahmatika nastaghiitsu aslih lanaa
sya'nanaa kullah wa laa takilnaa ilaa anfusinaa tharfata 'ain (Wahai
Yang Maha Hidup lagi Mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu kami
meminta, perbaikilah urusan kami semuanya dan janganlah Engkau
menyerahkan diri kami untuk mengurus diri kami sendiri walau sedikit
pun).
Sumber dan referensi :
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon