Sekarang setelah kita mempelajari dan memahami kandungan isi dari Surah Al-Baqarah , Saatnya kita belajar kandungan isi dari surah yang selanjutnya yaitu surah Ali-Imran . Surah Ali-Imran ini terdiri dari 200 ayat dan merupakan surah ke 3 dalam Al-Qur'an . Langsung saja kita mulai dari ayat pertama sampai sembilan.
Ayat 1-6: Menetapkan keesaan dan kekuasaan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala, menetapkan kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam dan menetapkan kebenaran Al Qur’an
الم
(١) اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (٢) نَزَّلَ
عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ
وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ (٣) مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ
عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (٤) إِنَّ اللَّهَ لا
يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ (٥)هُوَ الَّذِي
يُصَوِّرُكُمْ فِي الأرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٦
Terjemah Surat Ali Imran Ayat 1-6
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
1. Alif laam miim[2].
2. Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang hidup kekal[3], Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya[4].
3. Dia menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu yang mengandung kebenaran; membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya[5], dan menurunkan Taurat dan Injil,
4. Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia[6], dan Dia menurunkan Al Furqaan[7].
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh siksa yang berat. Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman[8].
5. Bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit[9].
6. Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki[10]. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[11].
Ayat
7-9: Menerangkan ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat dalam Al
Qur’an, pentingnya doa, dan wajibnya bertadharru’ (merendahkan diri dan
berdoa) kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala
هُوَ
الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ
أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ
الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا
اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ
عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (٧)رَبَّنَا لا
تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (٨) رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ
النَّاسِ لِيَوْمٍ لا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
(٩
Terjemah Surat Ali Imran Ayat 7-9
7. Dialah yang menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamaat[12], itulah pokok-pokok isi Al Qur'an[13] dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[14].
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, mereka
mengikuti yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah dan untuk
mencari-cari takwilnya[15], padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah[16]. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata: "Kami beriman kepadanya (Al Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami[17]." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (daripadanya) kecuali orang-orang yang berakal[18].
8.
(Mereka berdoa), "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada Kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, Sesungguhnya Engkau
Maha pemberi (karunia)".
9. "Ya Tuhan Kami, Engkau-lah yang mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tidak ada keraguan padanya"[19]. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
[1]
Surat ini turun setelah surat Al Anfal. Ayat pertama sampai 80-an ayat
turun untuk membantah orang-orang Nasrani, membantah keyakinan mereka
dan mengajak mereka ke dalam agama yang benar, yaitu Islam, sebagaimana
awal-awal surat Al Baqarah turun untuk membantah orang-orang Yahudi.
[2] Sudah dibahas di surat Al Baqarah, lihatlah.
[3]
Sifat ini menghendaki semua sifat-sifat lain yang menyempurnakannya,
seperti sifat mendengar, melihat, berkuasa, kuat, agung, kekal, perkasa
dsb.
[4] Maksudnya:
Allah berdiri sendiri tanpa memerlukan bantuan makhluk-Nya, Dia mengatur
dan mengurus makhluk-Nya sehingga semua makhluk membutuhkannya. Temasuk
mengurus makhluk-Nya juga adalah menurunkan kitab agar menjadi pedoman
bagi manusia dalam meniti hidup ini.
[5]
Oleh karena itu, Al Qur'an adalah pentazkiyah (yang merekomendasi)
kitab-kitab sebelumnya, apa saja berita yang dibenarkannya maka berita
itu diterima dan apa saja berita yang ditolaknya, maka berita itu
tertolak. Kitab tersebut sejalan dengan kitab-kitab sebelumnya dalam
semua tuntutan yang disepakati para rasul. Oleh karena itu, orang-orang
Ahlul kitab tidak dapat membenarkan kitab-kitab mereka jika mereka tidak
beriman kepada kitab Al Qur'an. Hal itu, karena kafir kepada kitab
tersebut membatalkan keimanan mereka kepada kitab-kitab mereka.
[6]
Agar urusan agama dan dunia mereka menjadi baik. Zhahirnya bahwa
firman-Nya " menjadi petunjuk bagi manusia " kembali kepada kitab-kitab
yang disebutkan, baik Taurat dan Injil yang masih murni dan kitab Al
Qur'an. Dengan demikian, barang siapa yang tidak mau menerima kitab yang
diturunkan-Nya, maka dia berada dalam kesesatan.
[7]
Al Furqaan ialah kitab yang membedakan antara yang benar dan yang
salah. Ada pula yang mengartikan furqan di sini dengan hujjah, bukti dan
keterangan yang jelas, serta perincian segala yang dibutuhkan manusia
berupa hukum-hukum yang jelas sehingga tidak ada lagi udzur bagi mereka
yang tidak beriman kepadanya.
[8] Bagi orang-orang yang mendurhakainya.
[9] Disebutkan hanya bumi dan langit, karena penglihatan manusia tidak dapat melebihinya.
[10] Misalnya dibentuk laki-laki atau perempuan, berkulit putih atau berkulit hitam.
[11]
Ayat-ayat di atas mengandung taqrir (pernyataan) terhadap keesaan Allah
dan keberhakan-Nya untuk diibadati tidak selain-Nya, membatalkan
sesembahan-sesembahan yang disembah selain-Nya, membantah keyakinan
orang-orang Nasrani yang menyangka bahwa Nabi Isa 'alaihis salam berhak
disembah. Demikian juga menunjukkan bahwa Allah Maha Hidup dan Maha
Mengurus (Qayyumiyyah Tammah) yang mencakup semua sifat suci bagi-Nya,
menerangkan syari'at-syari'at yang besar dan bahwa syari'at tersebut
merupakan rahmat dan hidayah bagi manusia, menerangkan hukuman bagi
mereka yang tidak mau mengambil syari'at yang diturunkan-Nya dan
menyatakan luasnya ilmu Allah, terlaksananya apa yang Dia kehendaki dan
menerangkan pula tentang hikmah(kebijaksanaan)-Nya.
[12] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang jelas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.
[13]
Yang dirujuk ketika terjadi kesamaran dan mengembalikan kepadanya paham
yang menyelisihinya, atau maksudnya bisa juga "Yang dijadikan pegangan
dalam hukum".
[14]
Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang
mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang
dimaksud kecuali setelah diteliti secara mendalam atau dipadukan dengan
ayat yang muhkamat; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang
mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib misalnya
ayat-ayat mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain. Ada pula
yang menggolongan beberapa huruf di awal surat sebagai mutasyabihat,
seperti alif laam miim, dsb. wallahu a'lam.
Adapun Syaikh As Sa'diy, ia menafsirkan ayat di atas sebagai berikut:
Al Qur'anul 'Azhim semuanya adalah muhkam (jelas maksudnya), sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"(Inilah)
suatu kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana
lagi Mahatahu," (Terj. Huud: 1)
Al Qur'an tersusun rapi, mengandung keadilan dan ihsan,
"Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (Terj. Al Maa'idah: 50)
Semuanya
mengandung mutasyabih (kemiripan) dalam hal indah, kefasihan, saling
membenarkan yang satu dengan lainnya, lafaz dan maknanya sesuai.
Adapun
muhkamat dan mutasyabihat yang disebutkan di ayat ini, maka Al Qur'an
itu sebagaimana disebutkan Allah, ada ayat-ayat yang muhkamat, yakni
jelas maksudnya, tidak ada kesamaran dan sesuatu yang belum jelas.
Inilah pokok-pokok isi kitab, yakni pokok yang dikembalikan kepadanya
segala yang masih samar, dan ayat-ayat muhkamat inilah yang paling
banyak (dalam Al Qur'an). Ada pula ayat-ayat yang mutasyabihat, yakni
maknanya masih samar di pikiran, karena kandungannya yang masih ijmal
(global) atau mengarah kepada pemahaman tertentu, padahal bukan itu
maksudnya. Al hasil, di antara ayat-ayat Al Qur'an ada ayat-ayat yang
jelas bagi setiap orang, dan inilah ayat yang paling banyak, dan dipakai
rujukan. Di antaranya ada pula ayat-ayat yang masih musykil bagi
sebagian manusia, maka yang wajib dalam masalah ini adalah mengembalikan
yang mutasyabihat kepada yang muhkamat, yang masih samar kepada yang
jelas. Dengan cara seperti ini, satu sama lain saling membenarkan dan
tidak terjadi pertentangan. Akan tetapi, orang-orang (dalam hal ini)
terbagi menjadi dua golongan: orang-orang yang dalam hatinya ada
penyimpangan, yakni menyimpang dari jalan istiqamah, di mana niat mereka
rusak, bahkan yang mereka cari adalah kesesatan, dan hati mereka
menyimpang dari jalan yang lurus dan dari petunjuk, mereka mencari yang
mutasyabihat, mereka meninggalkan yang jelas dan beralih kepada yang
mutasyabihat, bahkan mereka berbuat sebaliknya, yang muhkam mereka bawa
kepada yang yang mutasyabihat….dst." (lihat Tafsir As Sa'diy)
[15]
Orang-orang yang berpenyakit hati karena niatnya yang buruk berusaha
mencari ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan syubhat di tengah
manusia agar dapat menyesatkan mereka, di samping itu, mereka menta'wil
ayat-ayat mutasyabihat untuk menguatkan pemahaman mereka yang batil.
Imam
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membacakan ayat di atas, Dan
bersabda,
فَإِذَا رَأَيْتُمُ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأولَئِكَ الَّذِيْنَ سَمَّى اللهُ فَاحْذَرُوْهًمْ
"Apabila
kalian melihat orang-orang yang mencari ayat-ayat mutasyabihat, mereka
itulah orang-orang yang disebut Allah, maka berhati-hatilah."
[16]
Jumhur (mayoritas) mufassir mewaqfkan (memberhentikan) sampai ayat ini,
namun yang lain menyambung dengan kata-kata "wa raasikhuun…dst."
Kedua-duanya masih mengandung kemungkinan benar, jika maksud "ta'wil" di
sini adalah mengetahui hakikatnya, maka yang benar adalah waqf sampai
"illallah", karena yang mengetahui hakikatnya adalah Allah saja.
Misalnya hakikat sifat Allah, hakikat sifat-sifat yang terjadi pada hari
akhir dsb. Hal ini, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah, tidak
boleh bagi seseorang memberanikan diri mengkaifiyatkannya. Oleh karena
itu, Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang firman Alllah "Ar
Rahmaanu 'alal 'arsyis tawaa" (Allah bersemayam di atas 'Arsy) bagaimana
bersemayam-Nya?" Maka ia menjawab, "Bersemayam adalah kata yang sudah
diketahui, bagaimananya adalah majhul (tidak diketahui), mengimaninya
wajib dan menanyakannya bid'ah." Demikianlah yang harus dikatakan dalam
ayat-ayat sifat, yakni bahwa sifat tersebut diketahui, namun kaifiyatnya
majhul. Orang-orang yang ilmunya mendalam, mengimaninya dan menyerahkan
hakikatnya kepada Allah.
Adapun jika arti
"ta'wil" di ayat ini adalah tafsir, penjelasan lebih dalam, maka yang
benar adalah menyambung kata-kata Ar Raasikhuun (orang-orang yang
ilmunya mendalam) dengan Allah; tidak diwaqfkan. Sehingga tafsir
ayat-ayat yang mutasyabihat, pengembalian kepada ayat-ayat yang muhkamat
serta penyingkiran kesamaran yang ada dalam ayat-ayat mutasyabihat,
tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta'ala dan orang-orang yang
ilmunya mendalam.
[17]
Oleh karena semua ayat tersebut berasal dari sisi Allah, maka tidak akan
terjadi pertentangan, bahkan isinya sama, yang satu dengan yang lain
saling membenarkan dan menguatkan.
[18] Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat memahami dan mengerti maknanya secara benar.
[19]
Tujuan dari do'a ini adalah menjelaskan bahwa hati mereka tertuju
kepada akhirat. Oleh karena itu, mereka meminta keteguhan di atas
hidayah agar memperoleh pahalanya. Pada beberapa ayat di atas, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memuji orang-orang yang ilmunya mendalam dengan
tujuh sifat yang merupakan tanda kebahagiaan:
1. Ilmu, sebagai sarana yang menyampaikan mereka kepada Allah.
2. Ilmunya yang mendalam.
3. Beriman kepada semua kitab dan mengembalikan ayat yang mutasyabihat kepada ayat yang muhkamat. 4. Meminta kepada Allah ampunan dan keselamatan dari musibah yang menimpa orang-orang yang tersesat.
5. Mereka mengakui nikmat hidayah yang diberikan Allah.
6. Mereka meminta kepada Allah rahmat-Nya yang mengandung keberhasilan memperoleh kebaikan dan terhindar dari keburukan. Mereka bertawassul dengan nama-Nya Al Wahhab.
7. Keimanan dan keyakinan mereka yang mendalam kepada hari kiamat dan rasa takut mereka kepada hari itu sehingga membuahkan amal.
Sumber dan referensi :
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon