Setelah kita mempelajari 169 ayat dari Surah ini , akhirnya kita akan mencapai puncak atau akhir dari surah ini . Setelah kalian mempelajari seluruhnya dari surah ini dan kalian memahaminya, langkah selanjutnya adalah mempelajari Surah yang ke 5 (surah selanjutnya). Setelah kita mempelajari dan memahami tafsir atau kandungan ayat-ayat sebelumnya dari surat ini , Sekarang saatnya kita mempelajari kandungan atau tafsir dari ayat-ayat berikut ini
Ayat 170: Ajakan kepada manusia untuk beriman
kepada Al Qur’an dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, serta
peringatan terhadap kufur kepada keduanya
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ
فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (١٧٠
Terjemah Surat An Nisa Ayat 170
170.[1]
Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu
dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya),
itu lebih baik bagimu[2].
Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena
sesungguhnya milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ayat 171-172: Pandangan Al Qur'an terhadap Nabi Isa 'alaihis salam,
penafian (peniadaan) ketuhanan Al Masih putera Maryam ‘alaihis salam,
penjelasan tentang kafirnya orang-orang Nasrani, serta ghuluw
(berlebihannya) mereka terhadap Al Masih karena keyakinan mereka bahwa
ia adalah anak Allah Subhaanahu wa Ta'aala, atau salah satu dari yang
tiga, Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. Demikian pula
menerangkan tentang ‘aqidah trinitas yang batil
يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى
اللَّهِ إِلا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ
اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا
بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلا تَقُولُوا ثَلاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ
إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا
(١٧١) لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَلا
الْمَلائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ وَمَنْ يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِ
وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ جَمِيعًا (١٧٢)
Terjemah Surat An Nisa Ayat 171-172
171. Wahai Ahli Kitab![3] Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[4], dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar[5]. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya[6] yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya[7].
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah
kamu mengatakan, "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu)[8]. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa[9], Mahasuci Allah dari (anggapan) mempunyai anak, Milik-Nyalah[10] apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai saksinya.
172. Al Masih sama sekali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah[11], dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah)[12]. Barang siapa yang enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.
Ayat
173-175: Ajakan kepada manusia agar masuk ke dalam Islam serta
penjelasan tentang pahala yang akan diperoleh kaum mukmin, dan balasan
untuk orang-orang yang durhaka lagi sombong
فَأَمَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ
وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَأَمَّا الَّذِينَ اسْتَنْكَفُوا
وَاسْتَكْبَرُوا فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَلا يَجِدُونَ لَهُمْ
مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا (١٧٣) يَا أَيُّهَا النَّاسُ
قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا
مُبِينًا (١٧٤) فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا
بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ
إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (١٧٥)
Terjemah Surat An Nisa Ayat 173-175
173. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan[13], Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya[14].
Sedangkan orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah
akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih. Dan mereka tidak akan
mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.
174. Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran[15] dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)[16].
175. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah[17]
dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan
mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan
mereka jalan yang lurus kepada-Nya[18].
Ayat 176: Masalah warisan kalalah
يَسْتَفْتُونَكَ
قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلالَةِ إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ
لَهُ وَلَدٌ وَلَهُ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَ وَهُوَ يَرِثُهَا
إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلَدٌ فَإِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا
الثُّلُثَانِ مِمَّا تَرَكَ وَإِنْ كَانُوا إِخْوَةً رِجَالا وَنِسَاءً
فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الأنْثَيَيْنِ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ
تَضِلُّوا وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (١٧٦
Terjemah Surat An Nisa Ayat 176
176.[19] Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[20]. Katakanlah, "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seorang meninggal dunia, dan dia tidak mempunyai anak[21] (dan ayah) tetapi mempunyai saudara perempuan[22], maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya[23], dan saudaranya yang laki-laki[24] mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak[25]. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang[26],
maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika
mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan[27],
maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara
perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak
sesat. Allah Maha mengetahui segala sesuatu[28].
[1]
Di ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan semua manusia
untuk beriman kepada hamba-Nya dan Rasul-Nya, yaitu Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam, menyebutkan sebab yang mengharuskan untuk beriman
dan faedah beriman serta bahaya dari tidak beriman.
Sebab
yang mengharuskan untuk beriman kepada Beliau adalah pemberitahuan-Nya
bahwa Nabi-Nya datang kepada mereka dengan membawa kebenaran, yakni
kedatangan Beliau adalah hak (benar) dan syari'at yang dibawanya juga
hak. Hal itu, karena orang yang berakal mengetahui bahwa jika manusia
tetap di atas kebodohan (masa jahiliyyah), berada dalam kekufuran dan
lagi risalah telah putus, maka tidak sesuai dengan hikmah Allah dan
rahmat-Nya jika mereka dibiarkan. Bahkan termasuk hikmah Allah dan
rahmat-Nya diutus-Nya rasul kepada mereka untuk mengenalkan mana
petunjuk dan mana yang sesat, mana jalan yang benar dan mana jalan yang
salah. Dengan memperhatikan risalah Beliau terdapat dalil yang pasti
terhadap kebenaran Beliau. Demikian juga dengan memperhatikan syari'at
yang dibawa Beliau, di dalamnya terdapat berita-berita ghaib; masa lalu
maupun yang akan datang, yang hal itu tidak diketahui kecuali dengan
perantaraan wahyu. Belum lagi dengan perintah yang ada di dalamnya, di
mana isinya memerintahkan kepada semua kebaikan, kebenaran, keadilan,
ihsan, kejujuran, berbakti kepada orang tua, menyambung silaturrahim,
menunaikan amanah, menepati janji, berakhlak mulia dan melarang dari
semua keburukan dan kerusakan, permusuhan dan kezaliman, akhlak buruk,
dusta, durhaka kepada orang tua dan memutuskan tali silaturrahim. Ini
semua membuat kita semakin yakin bahwa apa yang Beliau bawa benar-benar
dari sisi Allah.
Adapun faedah dari keimanan,
maka dalam ayat di atas disebutkan bahwa yang demikian lebih baik bagi
kita. Baik di sini umum, baik untuk kebaikan badan kita, hati kita, ruh
kita, dunia kita maupun akhirat kita. Hal itu karena di dalamnya
mengandung banyak maslahat dan faedah. Adanya pahala di dunia dan di
akhirat termasuk faedah dari keimanan, adanya pertolongan, petunjuk,
ilmu, amal salih, kesenangan dan kebahagiaan, memperoleh surga dan
kenikmatannya termasuk faedah dari keimanan. Sebagaimana kesengsaraan di
dunia dan akhirat diakibatkan dari ketidakadaan iman atau
kekurangannya. Adapun bahya dari tidak beriman, maka banyak sekali, di
antaranya ia akan mendapatkan kebalikan dari apa yang didapatkannya jika
beriman, dan lagi seseorang hamba jika tidak beriman tidaklah merugikan
siapa pun selain dirinya sendiri, sedangkan Allah Maha Kaya, tidaklah
merugikan-Nya maksiat orang-orang yang bermaksiat, bahkan kalau pun
semua manusia kafir kepada Allah, maka hal itu tidaklah mengurangi
kerajaan-Nya, milik Allah-lah semua yang ada di langit dan di bumi, Dia
Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak
mendapat kesesatan, Dia juga Maha bijaksana dalam menempatkan kepada
siapa hidayah diberikan dan kepada siapa kesesatan ditimpakan.
[2] Daripada keadaanmu sekarang ini.
[3] Yakni orang-orang Nasrani.
[4]
Maksudnya melewati batas atau ukuran yang disyari'atkan kepada yang
tidak disyari'atkan. Misalnya mengangkat Nabi Isa 'alaihis salam
melebihi kedudukannya sebagai hamba, nabi dan rasul dengan menjadikannya
sebagai tuhan. Demikian juga kita dilarang meremehkan nabi sebagaimana
dilarang pula berlebihan atau melampaui batas terhadapnya.
[5]
Dalam ayat ini terdapat larangan berdusta atas nama Allah, berkata
tentang Allah tanpa ilmu baik terhadap nama-Nya, sifat-Nya,
perbuatan-Nya, syari'at-Nya dan para rasul-Nya, serta memerintahkan
berkata yang hak dalam semua itu. Hal ini adalah kaidah umum, namun
karena ayat ini membicarakan tentang Nabi Isa 'alaihis salam, maka
berkata yang hak terhadap Allah dfalam ayat ini adalah dengan
menyucikan-Nya dari adanya sekutu, istri atau pun anak.
[6] Maksud kalimat yaitu kun (jadilah), sehingga Nabi Isa 'alaihis salam diciptakan tanpa bapak.
[7] Yakni di antara roh-roh yang diciptakan-Nya. Disebut tiupan dari Allah
karena tiupan itu berasal dari perintah Allah. Disandarkan kepada-Nya
adalah sebagai pemuliaan baginya sebagaimana pada kata "kalimatuhu"
(kalimat-Nya).
[8] Dan beralihlah kepada Tauhid, yakni menyatakan Allah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
[9] Yang satu-satunya berhak diibadati.
[10] Yakni makhluk-Nya, milik-Nya dan hamba-Nya.
[11] Nabi Isa 'alaihis salam dan para malaikat senang menjadi hamba Allah dan beribadah kepada-Nya.
[12] Yaitu malaikat yang berada di sekitar Arsy seperti Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat-malaikat yang setingkat dengan mereka.
[13]
Yakni mereka yang menggabung antara iman yang diperintahkan dan amal
salih, baik berupa amal wajib maupun sunat, dan baik terkait dengan hak
Allah maupun terkait dengan hak hamba Allah.
[14]
Termasuk di dalamnya kenikmatan apa saja yang ada di dalam surga,
seperti makanan, minuman, pasangan, pemandangan, kegembiraan, kenikmatan
hati maupun ruh dan kenikmatan badan, serta kenikmatan melihat wajah
Allah. Bahkan termasuk pula semua kebaikan dalam beragama Islam dan
kebaikan di dunia yang muncul dari iman dan amal salih.
[15] Bukti kebenaran ini mencakup di dalamnya dalil 'aqli, dalil naqli, ayat-ayat yang ada di alam semesta dan pada diri manusia.
[16]
Di dalamnya terkandung pengetahuan tentang generasi terdahulu dan
generasi kemudian, berita-berita benar yang bermanfaat, perintah
mengerjakan semua keadilan, ihsan dan kebaikan serta larangan terhadap
kezaliman dan keburukan. Manusia berada dalam kegelapan tanpa cahaya Al
Qur'an dan berada dalam kebinasaan jika tidak mengambil cahayanya.
[17] Kepada wujud-Nya dan sifat-sifat-Nya yang sempurna dan menyucikan-Nya dari segala 'aib dan kekurangan.
[18]
Allah akan memberi mereka taufiq kepada ilmu dan amal; yaitu mengetahui
yang hak dan mengamalkannya. Sebaliknya, orang yang tidak beriman
kepada Allah, dan tidak berpegang dengan agama-Nya, maka Allah
menghalangi mereka dari rahmat dan karunia-Nya, membiarkan mereka
mengurus diri mereka sendiri sehingga mereka tersesat dengan kesesatan
yang nyata sebagai hukuman dari meninggalkan keimanan.
[19]
Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah ia berkata, "Saya
pernah sakit, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu
Bakar menjengukku dengan berjalan kaki. Ketika itu saya pingsan, lalu
Beliau berwudhu' dan menuangkan kepadaku air wudhu'nya, maka saya pun
sadar. Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana saya menyelesaikan
masalah harta saya?" Beliau tidak menjawab apa-apa hingga turun ayat
warisan, "Yastaftuunaka, qulillahi yuftiikum fil kalaalah…dst."
Catatan:
Telah disebutkan sebelumnya, bahwa ayat, "Yuushiikumullahu fii awlaadikum" (An Nisaa': 11) turun berkenaan dengan Jabir, sedangkan ayat di atas, yakni "Yastaftuunaka…dst." turun berkenaan dengan Jabir pula. Al Haafizh Ibnu Katsir rahimahullah merajihkan bahwa ayat, "Yuushiikumullahu…dst." turun berkenaan dengan puteri-puteri Sa'ad bin Rabii', sedangkan ayat, "Yastaftuunaka..dst." turun berkenaan dengan Jabir, karena ia dia memiliki beberapa orang saudari dan tidak memiliki puteri.
[20] Kalalah adalah seseorang mati tidak meninggalkan ayah atau kakek dan anak atau cucu.
[21] Laki-laki maupun perempuan.
[22] Sekandung atau sebapak.
[23]
Yakni ditinggalkan saudaranya, baik berupa uang, barang tetap (tidak
bisa dipindahkan) maupun perabot. Tentunya setelah dibayarkan hutangnya
dan ditunaikan wasiat sebagaimana telah diterangkan sebelumnya.
[24] Baik sekandung atau sebapak (sebagai 'ashabah).
[25]
Jika saudara perempuan memiliki anak laki-laki, maka saudara laki-laki
tidak mendapatkan apa-apa, atau jika memiliki anak perempuan, maka
saudara laki-laki mendapatkan sisa setelah bagian anak perempuan. Namun
jika yang menjadi ahli waris adalah saudara perempuan seibu saja atau
saudara laki-laki seibu saja, maka bagiannya adalah 1/6 sebagaimana
telah diterangkan sebelumnya (lihat An Nisaa': 12)
[26] Atau lebih, karena ayat ini turun berkenaan dengan Jabir yang wafat meninggalkan beberapa orang saudari.
[27] Tidak seibu.
[28]
Termasuk di antaranya tentang warisan. Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan, bahwa ayat ini merupakan ayat yang terakhir turun tentang
faraa'idh.
Hubungan surat An Nisaa' dengan surat Al Maa'idah
1.
Surat An Nisaa' menerangkan beberapa macam 'aqad, seperti perkawinan,
perceraian, wasiat dan sebagainya. Sedang permulaan surat Al Maa-idah
menyatakan agar hamba-hamba Allah memenuhi segala macam 'aqad-'aqad yang
telah dilakukan baik terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia di
samping menerangkan 'aqad-'aqad yang lain.
2.
Surat An Nisaa' mengemukakan beberapa hukum secara umum dan mendatangkan
jalan untuk menetapkan suatu hukum, kemudian surat Al Maa-idah
menjelaskan dan menegaskan hukum-hukum itu.
3.
Sebagaimana halnya surat Al Baqarah dan surat Ali 'Imran mengemukakan
hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama seperti keesaan Allah
dan kenabian, maka surat An Nisaa' dan Al Maa-idah menerangkan tentang
furu' agama (hukum fiqh), seperti hal-hal yang berhubungan dengan hukum
keluarga dan sebagainya.
4. Akhir surat An
Nisaa' mengemukakan hujjah-hujjah atas kekeliruan orang-orang Yahudi dan
Nasrani serta kekeliruan kaum musyrik dan munafik. Hal yang serupa
diterangkan secara panjang lebar dalam surat Al Maaidah.
5. Surat An Nisaa' dimulai dengan Yaa ayyuhannaas yang nadanya sama dengan nada surat Makkiyyah, sedangkan surat Al Maa-idah sebagai surat Madaniyyah dimulai dengan, Yaa ayyuhal ladziina aamanu. Hal ini menyatakan bahwa meskipun nadanya berlainan, tetapi yang ditujukan oleh kedua surat ini adalah seluruh manusia.
6. Surat An Nisaa' menerangkan beberapa hukum, sedangkan surat Al Maa'idah menyempurnakannya.
Sumber dan referensi :
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
1. http://www.tafsir.web.id
Semoga bermanfaat apa yang admin tulis/bagikan ini . Jika ada kesalahan di post ini , silahkan memberitahu admin di kolom komentar di bawah ini . Terima Kasih
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon